Kecantikan gadis-gadis Kawanua. Kulit putih berwajah oval, hidung bangir, mata indah dengan sorot tajam. Bibirnya ah pasti memiliki senyum menawan dan tutur sapa yang ramah.
Dua bulan yang lalu, sejak putusnya pertunanganku dengan Helena, aku kini jadi lebih fokus menjalani tugas suci di RS Darurat sekitar kawasan Kemayoran itu.
Tugas yang memiliki risiko tinggi karena harus menangani pandemi virus yang sangat mematikan. Namun sebagai dokter ahli paru harus profesional dan menjunjung tinggi sumpah pengabdian.
Rasa pedih di hati akibat kegagalanku membangun mahligai rumah tangga dengan Helena seakan terhibur dengan tugas kemanusiaan ini.
Apakah ini pelarian atau bukan, aku tidak peduli karena aku sangat "enjoy" menjalani tugas mulia ini.
Pagi ini rutinitasku sebagai dokter ahli paru melakukan visite ke ruang rawat pasien coronavirus. Banyak pasien yang sudah sembuh tapi ada juga yang tidak tertolong.
Diantara mereka yang meninggal dunia sebagian besar adalah pasien yang sudah berusia lanjut. Juga kebanyakan dari mereka sudah memiliki penyakit bawaan sebelum terinfeksi virus jahat ini.
"Selamat pagi dokter !" Suara Opa Rudy menyambut salamku diiringi senyumnya yang ramah dan tulus.
"Opa bagaimana tidurnya nyenyak tadi malam?"
"Nyenyak. Saya sekarang sudah kembali bisa tidur tidak terlalu malam."