Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Memahami Legenda Tinju Dunia Mike Tyson sebagai Manusia Biasa

Diperbarui: 24 April 2020   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tyson lawan Berbick (Foto AFP/Getty Images) 

Zaman kejayaan petinju yang terkenal dengan julukan Si Leher Beton diawali ketika Mike Tyson merebut gelar juara dunia kelas berat tahun 1986 pada usianya yang baru 20 tahun. Petinju Trevor Berbick adalah korban pertama Tyson dalam persaingan juara kelas berat. Kemenangan ini menjadikan Mike Tyson sebagai  juara tinju kelas berat dunia termuda.

BACA JUGA : Patut Dipuji Pengakuan Jujur Mike Tyson tentang Muhammad Ali

Menurut Talksport.com (22/11/19), tepatnya saat itu Tyosn berusia 20 tahun 150 hari pada 22 November 1986 ketika merebut gelar juara tinju kelas berat pertama kalinya. Sejak itu Iron Mike berkuasa dalam kelas berat tinju dunia paling tidak selama 4 tahun dengan laga brutal penuh dengan hasil Knock Out (KO).

Legenda tinju berusia 53 tahun itu telah mencatatkan 44 KO dari 58 pertandingan profesional di sepanjang karirnya yang termasyhur. Kemampuannya meng-KO lawan tidak tertandingi petinju manapun saat itu.

Sebelum merebut gelar juara kelas berat dari Berbick, Tyson sudah berkarir dengan rekor 27 kali memenangkan laga tidak terkalahkan dan 25 laga berakhir dengan KO. Tyson dengan pesat menjadikan dirinya sebuah fenomena dalam kancah tinju kelas berat Dunia.

Gairah tinju kembali panas setelah mengalami stagnan beberapa tahun terutama sejak super star sejati Muhammed Ali menggantung sarung tangannya. Kehadiran Tyson ini juga membuat bisnis tinju kelas berat kembali menarik para investor dan promotor.

Siapakah orang yang paling berjasa mengangkat nasib Si Leher Beton ini dari lembaga pemasyarakatan para berandalan jalanan di Brooklyn, New York ini? Dia adalah pelatih legendaris Cus D'Mato yang sangat berpengaruh pada karir tinju Mike Tyson. 

D'Mato bagi Tyson bukan hanya sekedar pelatih namun sosoknya adalah figure seorang Ayah. Setahun sebelum bertanding melawan Berbick, Tyson harus kehilangan D'Amato meninggal dunia.

Kekhawatirannya adalah bahwa Tyson tanpa figur kepercayaan dan ayahnya, akan berpengaruh pada penampilannya. Namun itu tidak terjadi walaupun dikemudian hari Cus D'Mato tetap sosok tidak tergantikan. Berjuang untuk mengatasi tekanan tanpa sosok D'Mato akhirnya berpengaruh juga pada karirnya.

Ada satu hal yang mungkin luput dari perhatian penggemar tinju yaitu Mike Tyson ternyata juga merasa gugup pada saat akan bertanding. Tyson mengakui selalu berjuang melepaskan rasa gugup tersebut sebelum menjalani pertarungan profesionalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline