Dalam beberapa hari ke depan mundurnya Ratu Tisha Destria sebagai Sekjen PSSI, dipastikan akan menjadi pembicaraan yang tetap hangat. Bukan karena ini adalah yang pertama kalinya seorang pengurus PSSI berani mengundurkan diri.
Namun juga karena dalam sejarahnya belum pernah ada pengurus PSSI yang berani mundur bahkan dimundurkan saja mereka masih tetap ngotot ingin tetap bertahan. Contohnya? Tidak perlu disebutkan Anda sudah tahu tinggal cari dari jejak digital.
BACA JUGA : Ini Reaksi Menpora Zainudin Amali Tentang Mundurnya Ratu Tisha
Pengunduran diri Ratu Tisha dari posisi Sekjen menandakan adanya persoalan internal di kepengurusan PSSI Periode 2019-2023. Jika tidak ada persoalan tentu saja Tisha tidak akan mundur.
Itu hanya sebuah logika, rasanya tidak mungkin jika sebuah organisasi baik-baik saja kemudian tiba-tiba saja ada salah satu pejabat yang posisinya cukup penting harus mundur.
Atau Tisha mempunyai agenda lain yang ingin dicapainya? Misalnya fokus sebagai salah satu Wakil Presiden AFF, Federasi Sepakbola ASEAN. Saat ini Ratu Tisha Destria masih tercatat sebagai satu dari tiga Wakil Presiden.
Jabatan tersebut diembannya sejak 2019. Sementara di AFC, Ratu Tisha Destria masih menjadi satu dari 18 anggota Komite Kompetisi Federasi Sepakbola Asia, AFC.
Mungkin saja wanita lajang 34 tahun lulusan Matematika ITB ini memang mau fokus menjalani dua jabatan tersebut. Namun sejauh ini aktivitas dalam organisasi AFF dan AFC itu tidak mengganggu sama sekali dengan aktivitas sebagai Sekjen PSSI selama ini. Hal itu terbukti program-program PSSI dijalankannya dengan baik.
Kinerja dan kiprah nyatanya selama menjabat sebagai Sekjen PSSI sudah banyak menyelesaikan dan membuat terobosan program-program sepakbola Nasional.
Program kursus kepelatihan dan perwasitan di berbagai provinsi, memutar kompetisi Amatir dan Elit Usia Muda, membangun kerjasama dengan federasi kelas dunia, menghidupkan lini usaha kreatif, mengibarkan kembali sepakbola putri.