Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

[Kado Terindah] Aina Alma

Diperbarui: 12 Oktober 2019   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto Shutterstock

Teringat kepada Aina Alma yang sudah sangat aku rindukan. Ingin rasanya bertemu dengan gadis cantik yang tangguh itu. Sudah tidak sabar. Menunggu tiga bulan untuk hari kebahagiaan ini sungguh penantian yang sangat panjang. Perjumpaan dengannya bisa menjadi kado terindahku.

1|

Aku masih mendengar suara Jena Fahira memanggil namaku namun setelah itu benar-benar aku tidak ingat lagi. Entah berapa lama aku terbaring dan setelah itu baru tersadar ketika aku sudah berada di ruangan sebuah Rumah Sakit.

Ibu dan Ayah di samping ranjang tempat aku berbaring dengan setia menunggu. Aku melihat ibu masih menangis melihat kondisi kesehatanku. Ada pula dua orang Polisi yang masih berdiri menemani kedua orang tuaku. Aku memang belum benar-benar tersadar namun ketika melihat Polisi itu, aku mulai bisa merasakan ingatanku kembali pulih.

Ya aku ingat malam itu bersama Jena dan teman-temannya berpesta di villa kawasan Puncak. Malam itu ketika polisi melakukan operasi narkoba, aku sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri mungkin karena terlalu over dosis.

Malam yang kelam bagiku karena benar-benar menjadi bagian dari keterpurukkan hidupku. Jena ya Jena. Itulah kesalahanku kenapa aku bergaul dengannya dan terperangkap dengan cintanya. Lima tahun bersama gadis itu. Tiga tahun masa SMA dan dua tahun masa Mahasiswa hanya meniggalkan keterpurukkan.

Sempat seminggu di rawat di Rumah sakit itu dan selanjutnya aku harus mengikuti program rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. Polisi sudah memeriksa semua bukti-bukti di rumah Jena. Ada dua orang Pengedar yang malam itu aku sendiri tidak kenal siapa mereka. Jena, aku dan kawan-kawanku hanya sebagai pemakai dan oleh karena itu dibutuhkan rehabilitasi.

2|

Selama 6 bulan yang penuh keprihatinan dan perjuangan, aku menjalani rehabilitasi. Ayah Ibu yang selalu mendukung dengan penuh kasih sayang telah membuatku mudah untuk kembali bangkit dari keterpurukkan. 

Saat-saat seperti itu aku semakin menyadari bahwa kasih sayang orang tua adalah harta yang tidak tergantikan dan milik paling berharga dalam hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline