Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Apa yang Terjadi dengan Jepang dalam Final Piala Sudirman Lawan China?

Diperbarui: 27 Mei 2019   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

China Juara Piala Sudirman 2019 (Foto BWFbadminton.com)

Jepang harus mengubur impiannya untuk memenangkan Piala Sudirman pertama kalinya dalam sejarah mereka. Pasukan Samurai asuhan Park Joo Bong ini harus mengakui keunggulan tuan rumah China dengan skor 0-3. Laga yang berlangsung di Guangxi Sports Center Gymnasium Nanning China pada Minggu (26/5/19) oleh para pengamat dinilai merupakan skor yang sangat mencengangkan karena tidak pernah diprediksi Jepang akan mengalami kekalahan begitu mudah.

Menurut BWFbadminton.com (26/5/19), dengan keberhasilan Tim China ini  meraih juara BWF Sudirman Cup maka inilah gelar mereka yang ke-11. China sebelumnya sukses menjadi juara yaitu pada edisi tahun 1995, 1997, 1999, 2001, 2005, 2007, 2009, 2011, 2013, dan 2015.

Sejauh ini mereka adalah peraih Piala Sudirman terbanyak dengan 11 gelar disusul Korea Selatan meraih gelar dari 4  edisi yaitu tahun 1991, 1993, 2003 dan 2017. Indonesia sendiri baru mampu meraih satu kali juara pada tahun 1989.

Tekad Jepang untuk melakukan pembalasan terhadap tim China yang mengkandaskannya di semi final Piala Sudirman 2017 tidak berhasil. Dalam final ini akhirnya mereka harus mengakui keunggulan tuan rumah China. Sebenarnya saat menuju ke final, Jepang memiliki keunggulan dalam head-to-head dalam tiga laga dan dua kali mengalami kekalahan terakhir.

Pada nomor ganda putra yang merupakan partai pertama, Hiroyuki Endo dan Yuta Watanabe tidak mampu mengimbangi Li Junhui dan Liu Yuchen. Pertarungan dengan berkelas master di pembuka laga final ini menyuguhkan kualitas tinggi dengan kombinasi kecepatan, kekuatan dan adu teknik yang tinggi.

Liu Yuchen dan Li Junhui selalu berhasil memanfaatkan setiap momen penting dalam dua game tersebut. Ganda China ini menang 21-18 dan 21-10 atas Endo/Watanabe. Awal kemenangan China ini merupakan pukulan psikologis bagi Jepang.

Chen Yufei harus berjuang 3 game selama 81 menit untuk menundukkan Akane Yamaguchi 17-21 21-16 21-17. Pertarungan ketat dan mendebarkan terutama bagu Yufei karena dia berhasil membalikkan keadaan pada game kedua untuk memaksakan rubberset.

Maka pada set ketiga itulah kedua pemain sudah menggambarkan kematangan permainan mereka dengan level dunia. Dalam posisi ketinggalan 6-11, Yufei memberikan tekanan dengan serangan gencar sehingga Yamaguchi dibiarkan bereaksi dengan hanya bertahan. Momentum kedua bagi China untuk meraih poin menjadi 2-0 atas Jepang.

Pada tunggal putra sebenarnya Kento Momota memiliki catatan pertemuan yang berpihak kepadanya karena keunggulan head to head 4-1 atas Shi Yuqi. Pada game pertama hal itu seakan akan berjalan mulus ketika Momota unggul 21-15 ata She Yuqi.

Tetapi pertandingan berbalik pada dua game beriktunya dengan Shi mulai mengendalikan permainan. Kecepatan dan serangan Shi membuat Momota tertinggal dalam pengumpulan angka dan semuanya harus berakhir sangat cepat dengan skor 21-5 dan 21-11 untuk kemenangan Shi Yuqi.

Pelatih kepala Jepang Park Joo Bong memberikan reaksi atas kekalahan anak asuhnya pada nomor tunggal putri dan putra mereka. Terutama karena ketidakmampuan Yamaguchi untuk mengubah keunggulannya di game ketiga dan kelelahan Momota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline