Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Timnas U-19 Kalah dari Jepang, Inilah Penyebabnya

Diperbarui: 29 Oktober 2018   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas U-19 kalah dengan kepala tegak (Foto PSSI.org)

Garuda Nusantara belum berhasil lolos ke Piala Dunia U-20 ketika diperempat final dikalahkan 0-2 oleh Jepang. Sebanyak 65 ribu fans Garuda menyaksikan perjuangan skuat muda Timnas U-19 pada malam itu Minggu (28/10/18) di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun mereka sudah berjuang hidup mati ditengah guyuran hujan dibabak kedua untuk mengejar gol.

Kekalahan yang menyesakkan namun penampilan skuat Indra Sjafri sangat membanggakan terutam dibabak kedua. Malam itu mereka tetap bisa menerima kenyataan ini dengan kepala tegak. Menyapa ribuan fans Garuda yang saat itu langsung memberikan tepuk tangan atas permainan yang sudah disuguhkan Timnas U-19.

Mengungkapkan fakta bahwa saat mengalahkan Uni Emirat Arab dan lolos ke perempat final Piala Asia U-19, Timnas Garuda U-19 sudah merasakan euphoria kemenangan berlebihan. Saat itu di ruang ganti mereka merayakannya dengan bernyanyi dan menari seakan baru saja memenangkan laga final. Walaupun hal itu adalah hal yang patut dirayakan namun mereka harus menyadari bahwa tugas belum selesai sehingga focus harus tetap dipertahankan.  

Mengalahkan Uni Emirat Arab 1-0 merupakan puncak permainan Garuda Nusantara. Coach Indra Sjafri saat laga tersebut berada dalam situasi yang sangat mendebarkannya. Empat tahun lalu dia gagal membawa Evan Dimas, dkk karena kalah dari UEA, Uzbekistan dan Australia di fase grup. Untuk itu Indra tidak mau gagal lagi dan terperosok ke dalam lobang yang sama. Berhadapan dengan UEA harus dimenangkan skuatnya.

Akhirnya target menang lawan UEA berhasil dan Indra merasa lega karena berhasil lolos keperempat final Piala Asia U-19. Prestasi terbaiknya untuk tim asuhannya sekaligus mengulang prestasi yang sama seperti 40 tahun lalu.

Laga melawan Jepang diperempat final dipersiapkan Indra dalam kondisi psikologis yang dibalut rasa menang atas UEA. Bahkan Indra sempat meliburkan latihan skuatnya sehari yang sebenarnya tidak perlu dilakukan untuk menjaga konsentrasi tetap terjaga.  Persiapan yang seakan tidak dalam tekanan seperti saat mempersiapkan timnya berhadapan dengan UEA di matchday terakhir fase grup, membuat kondisi pemain tidak optimal.  

Indra seperti baru saja melepaskan beban kegagalan 4 tahun lalu ketika saat ini dia berhasil meloloskan tim asuhannya ke fase knock out. Bagaimana dirinya bersujud syukur dengan menitikkan air mata di pinggir lapangan sebagai ungkapan kebahagiaan. Perasaan lega ini memberikan motivasi di satu sisi namun di sisi lain juga bisa membuat kelengahan. Sikap berlebihan para pemain menyambut hasil ini mengakibatkan focus hilang beberapa saat menatap laga selanjutnya yang justru jauh lebih penting.   

Melawan Jepang sebenarnya Indra sudah menyiapkan strategi yang cukup menarik yaitu dengan menambahkan seorang Kadek Raditya di posisi lini belakang sehingga ada 5 bek yaitu selain Kadek ada duet Rachmat Irianto dan Indra Mustafa serta full back Andika dan Asnawi.

Mereka cukup berhasil menggagalkan setiap serangan Jepang yang dimotori Takefusa 'Messi' Kubo. Pergerakkan pemain ini sangat cepat dengan penguasaan bola yang prima. Kadek dan Firza secara bersamaan selalu menutup pergerakan Kubo di area kiri. Selain itu Luthfi Kamal dan Abimanyu cukup taktis juga menutup lini tengah. Praktis di babak pertama itu Indonesia bermain bertahan dan hanya memanfaatkan serangan balik melalui Saddil dan Witan.

Mengamati dua gol Jepang yang pertama terjadi di babak pertama menit ke-40 tendangan jarak jauh Higashi Shunki dari luar kotak penalti bersarang di pojok kiri gawang Riyandi. Gol kedua di menit ke-70 dari umpan cerdik Takefusa Kubo di kotak penalti, dimanfaatkan Taishei Miyashiro dan berhasil menceploskan gawang Riyandi. Bola ini bergulir hanya pelan saja namun Riyandi pada posisi yang salah sehingga tidak berhasil menjangkaunya.

Sebenarnya Indonesia juga banyak memiliki peluang baik dari bola open play maupun bola tendangan bebas. Witan Sulaeman, Saddil Ramdani, Hannis, Firza, Asnawi, Abimanyu dan Luthfi sudah maksimal memberikan segala kemampuan mereka menambus gawang Jepang. Namun penyelesaian akhir yang kurang baik sehingga tidak berhasil membuahkan gol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline