Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Laga Spanyol Versus Rusia, Kemenangan Sepak Bola Pragmatis Berlanjut

Diperbarui: 2 Juli 2018   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelatih Spanyol, Fernando Hierro (Foto FIFA.com)

Spanyol sebagai salah satu kekuatan sepakbola Eropa dan juara Dunia 2010,  harus mengakui keunggulan tuan rumah Russia dalam adu penalti setelah mereka bermain 1-1 di waktu normal 90 menit dan 30 menit perpanjangan waktu. Penonton tuan rumah menyambut gembira kemenangan 4-3 Russia dalam adu penalti yang menegangkan di Luzhniki Stadium Moscow 01 Juli 2018 -- kick off mulai pukul 21.00 WIB (FIFA.com 1/7/18). Adu penalti yang bersejarah untuk Rusia dalam Piala Dunia sekaligus ini adalah kemenangan pertama mereka. Untuk Spanyol hasil ini merupakan kekalahan ketiga adu penalti dalam ajang Piala Dunia.

Kemenangan  Russia atas Spanyol ini seakan kembali memberikan bukti nyata bahwa sepakbola pragmatis masih unggul meredam agresivitas sepakbola menyerang. Paling tidak di Piala Dunia 2018 ini laga seperti Meksiko vs Jerman, Kroatia vs Argentina, Korea Selatan vs Jerman dan bahkan Prancis tidak lupa menggunakan model pragmatis ini untuk menaklukan Argentina di babak 16 besar. Mereka semua berhasil menerapkannya dengan sempurna.

Selebrasi Skuat Rusia (Foto FIFA.com)

Pada awal  laga, Spanyol benar-benar mendikte permainan dan nampaknya gol hanya tinggal menunggu waktu saja. Dominasi Spanyol sangat terlihat sepanjang  laga berlangsung dengan menguasai 75 persen penguasaan bola. Tentu saja ini adalah tekanan berat bagi lini bertahan Russia yang harus mereka terima dari para penyerang Spanyol.  

Benar saja gol itu akhirnya terjadi juga hanya 12 menit sejak laga dimulai. La Roja berhasil membungkam suporter tuang rumah di Stadion Luzhniki malam itu ketika sebuah momen set-piece memberikan kesempatan bagi Spanyol untuk unggul lewat sebuah gol bunuh diri. Sergio Ramos adalah aktornya ketika dia mengganggu pergerakkan Sergei Ignashevich dan bek veteran itu terpaksa mengubah bola ke gawangnya sendiri.

Tetapi Rusia tetap tidak menyerah begitu saja dan mulai berani menyerang melalui serangan balik. Pada menit menit akhir sebelum jeda, Artem Dzyuba dalam pertarungannya dengan Sergio Ramos dan Gerard Pique di kotak penalti gawang Spanyol, telah membuat Pique menyentuh bola dengan tangannya wasitpun melihatnya dengan jelas, hukuman penalti harus diterima Spanyol. Dzyuba sendiri yang melakukan tendangan penalti ini menundukkan David De Gea untuk mengubah skor menjadi 1-1.

Russia meredam Spanyol dengan menggunakan formasi 5-3-2 menempatkan dua ujung tombak mereka, Dzyuba dan Golovin di depan untuk menerima umpan serangan balik. Lima bek mereka berhasil menetralisir pergerakkan striker Spanyol Diego Costa dan trio gelandang agresif mereka yaitu Silva, Isco dan Asensio. Bahkan ketika babak kedua Andres Iniesta juga harus bermain  mengantikan salah satu gelandang mereka, pertahanan Rusia tetap kokoh hingga laga perpanjangan waktu berakhir dan harus berujung dengan adu penalti.

Formasi bertahan yang diterapkan Russia dinilai berhasil. Apa yang dicapai Rusia yang mampu menahan Spanyol dan memulangkan mereka dalam adu penalti bisa jadi menginspirasi Meksiko yang akan berhadapan dengan Brazil. Meksiko sendiri berhasil menerapkan sepakbola bertahan model parkir bus ini ketika mereka menang 1-0 atas Jerman dalam laga perdana di fase grup.

Laga Spanyol versus Rusia juga menyisakan sebuah momen yang sangat mengharukan bagi seorang Andres Iniesta. Laga ini adalah laga terakhirnya bersama Tim Nasional Spanyol. Tentang performa Iniesta, Fernando Hierro, pelatih Spanyol, masih sempat menyampaikan pujiannya.

"Saya memberikan pengakuan sepenuh hati saya kepada salah satu pemain terbesar dalam sejarah kami. Dia profesional luar biasa. Cara dia bermain di lapangan ketika dia menggantinya adalah seperti dia bermain di topi pertamanya dan aku ingin berterima kasih padanya dengan sepenuh hati. " Demikian kata pujian untuk Iniesta dari Fernando Hierro, pelatih Spanyol seperti dirilis situs resmi FIFA.com (1/7/18).

Piala Dunia 2018 berlanjut walaupun tanpa juara-juara Dunia, Jerman, Argentina dan kini Spanyol. Semakin terasa bahwa perbedaan menang dan kalah itu ternyata begitu tipis bahkan hampir tidak terlihat. Mungkin inilah yang dirasakan skuat Spanyol dan Rusia saat ini. Mari kita nikmati Piala Dunia Rusia 2018 dan ingat selalu jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. 

#hensa2072018

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline