Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Biang Kegagalan Tim Piala Thomas Menurut Liem Swie King

Diperbarui: 30 Mei 2018   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anthony Ginting (Foto Badmintonindonesia.org)

Anda penggemar bulutangkis pasti mengenal nama Liem Swie King. Benar, dia adalah Legenda Bulutangkis Indonesia pada dekade 70-80 an bersama legenda lainnya seperti Iie Sumirat, Rudy Hartono, Christian/Ade Chandra dan Tjuntjun/Johan Wahyudi. Mereka adalah 7 Pendekar terkenal dalam Dunia Bulutangkis yang mendominasi Piala Thomas pada dekade tersebut.

Dalam ajang Piala Thomas 2018 di Bangkok Thailand, Indonesia harus terhenti di semifinal setelah kalah 1-3 dari China. Harapan Indonesia kembali tertunda dalam meraih impian membawa Piala Thomas pulang ke pangkuan Ibu Pertiwi. Namun demikian apresiasi yang setinggi tingginya diberikan kepada Tim Thomas Cup Merah Putih atas jerih payahnya berjuang membela Indonesia.

Dua tahun yang lalu, Liem Swie King pernah berkata tentang potensi tiga pemain muda Jonatan Christie, Anthony Ginting dan Ihsan Maulana. "Saya berharap pada tiga tunggal putra ini. Mereka punya modal dan punya bakat yang bagus, tetapi nantinya tergantung kemauan mereka sendiri. Cukup di Pelatnas atau mau jadi juara dunia, itu tergantung mereka," kata Liem Swie King, seperti dilansir Antaranews.com (31/8/16).

Apa yang dikatakannya dua tahun yang lalu masih terasa relevan dengan keadaan saat ini. Jojo, Ginting dan Ihsan memiliki potensi menjadi pemain besar tapi benar apa kata King yaitu tergantung kemauan mereka. Jojo dan Ginting saat ini sudah masuk ke dalam jajaran elit tunggal putra 20 besar yaitu masing-masing ranking 11 BWF (Badminton World Federation) dan 13 BWF, seperti dirilis oleh  BWFbadminton.com (24/5/18). Sementara itu Ihsan masih jauh tertinggal dari mereka.

Selain posisi dalam ranking BWF tersebut pernyataan King juga sangat relevan dengan performa tunggal putra yang baru saja bermain dalam ajang Piala Thomas di Bangkok Thailand. King secara khusus menyoroti sektor tunggal putra ini dikaitkan dengan kegagalan Tim Indonesia meraih Piala Thomas.

Pemain yang pernah tiga kali juara Piala Thomas 1976, 1979, dan 1982, Liem Swie King sangat menyesalkan ketika tim Merah Putih harus kembali gagal merebut Piala Thomas. King berpendapat bahwa kelemahan ada pada sektor tunggal yang belum matang secara mental.

"Kesulitan kita di sektor tunggal ya. Tunggal kita itu belum pada matang. Masih ya perlu waktu 1-2 tahun mungkin sudah lebih matang lagi. Jadi saya melihat kelemahannya di sektor tunggal. Jika saja tunggal pertama atau kedua bisa ambil poin mungkin penentuan bisa di ganda kedua dan pasti lain ceritanya. Tapi tunggalnya ini dua-duanya kalah. Sayang dan menyesalkan tapi kalau melihat fisiknya seperti kedodoran semua. Fisiknya Jonatan Christie di set ketiga sudah seperti habis terlihat dari skor dan mainnya kurang gigih." Demikian kata Liem Swie King seperti dilansir  Sport.detik.com (26/5/2018).

Faktor stamina ini sebenarnya sudah sejak lama disadari baik oleh para pemain maupun jajaran para pelatih. Namun anehnya hingga saat ini masih belum terlihat progres yang berarti pada peningkatan fisik mereka. Daya tahan pebulutangkis Indonesia pada umumnya menjadi kelemahan yang sangat jelas terlihat. Bandingkan dengan stamina prima pemain-pemain Jepang, Korea Selatan, China bahkan Thailand, India dan Taiwan sudah mulai berada di depan Indonesia.

Apa yang dikatakan Liem Swie King tersebut tentu menjadi hal yang serius untuk dibenahi. Evaluasi menyeluruh jelas harus dilakukan. Tidak bisa dipungkiri faktor kematangan tunggal putra dan fisik serta kebugaran pemain menjadi salah satu hal yang membuat Indonesia gagal meraih Piala Thomas. Apalagi pada Agustus ini ajang Asian Games Jakarta menjadi target Bulutangkis Indonesia untuk meraih emas.

Pesaing Indonesia secara tradisional masih negara-negara seperti China, Korea Selatan dan Jepang merupakan ancaman serius dalam memenuhi target tersebut. Demikian pula Malaysia, Thailand dan India mengintai kelengahan tuan rumah. Pada nomor manakah Indonesia meraih emas Asian Games? Tidak menjadi masalah yang penting medali emas bulutangkis menjadi harga mati.

Bravo Bulutangkis Indonesia.

#hensa30052018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline