Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Tidak Menyangka Nasib Messi Harus Begini

Diperbarui: 11 April 2018   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Messi (Foto Skysports.com)

Mungkin kita masih teringat pada Liga Champions 2016/2017 di babak 16 besar. Saat itu Paris Saint German menggunduli Barcelona 4-0 pada leg pertama di Paris. Namun Barcelona membalikan keadaan ketika pada leg kedua di Camp Nou mereka berhasil mengalahkan Paris Saint German Barcelona 6-1 sekaligus peristiwa bersejarah bagi Barcelona yang menjadi tim pertama yang berhasil memenangkan laga dari defisit 4 gol di Liga Champions UEFA musim lalu (UEFA.com 11/4/18).  

Paling tidak Barcelona sudah pernah juga melakukan hal yang sama ketika kalah dari AC Milan 2-0 pada leg pertama di San Siro dan Barcelona membalasnya dengan 4-0 atas AC Milan pada leg kedua di Camp Nou dalam ajang babak 16 besar Liga Champions 2012/13. Demikian pula pada perempat final musim 1999/2000, Barcelona berhasil membalikkan keadaan ketika kalah 1-3 dari Chelsea di Stamford Bridge dan  akhirnya menang 5-1 di Camp Nou pada leg kedua untuk lolos ke semifinal.

UEFA.com (11/4/18) mewartakan bahwa ternyata saat ini Barcelona harus juga merasakan pengalaman tersebut ketika klub Catalan ini harus melupakan fase semifinal Liga Champions 2018. Roma telah membuat kejutan terbesar dalam sejarah Liga Champions UEFA pada Rabu (11/4/18) dini hari WIB, ketika mereka membalikkan defisit 4-1 melawan Barcelona untuk mencapai semi-final.

Roma menang 3-0 sehingga agregat mereka menjadi 4-4 namun Roma unggul pada gol tandang. Ini adalah kejutan karena dari fakta bahwa mereka adalah underdog, bamgkit kembali dari defisit tiga gol adalah hal yang tidak mudah melawan siapa pun. Apalagi melakukannya melawan Barcelona sebagai salah satu tim favorit untuk mengangkat trofi. Kejutan paling spektakuler yang pernah dilakukan oleh Roma di Liga Champions. Mereka pantas mendapatkannya terlepas apakah nanti mereka berhasil atau tidak saat berada di semifinal.

Menyaksikan laga tersebut hanya sedikit yang bisa membantah bahwa Roma nampak lebih unggul. Terbukti Edin Deko hanya dalam enam menit berhasil membobol gawang Ter Stegen. Selanjutnya Daniele De Rossi pada awal babak kedua berhasil menyelesaikan tugas tendangan penaltinya dengan sempurna. Akhirnya sundulan bek kanan Roma, Kostas Manolas di penghujung laga membawa Roma ke semifinal Liga Champions. Ada hal yang menarik yaitu De Rossi dan Manolas keduanya mencetak gol bunuh diri di leg pertama pekan lalu. Mereka seolah sudah melunasi kesalahan mereka pada laga di Stadion Olympico Roma.

Radja Nainggolan, Daniele De Rossi dan Kevin Strootman menguasai lapangan tengah dalam formasi 3-5-2 yang diterapkan pelatih Eusebio Di Francesco. Mereka berduel dengan Ivan Rakitic dan Sergio Busquets. Sementara Iniesta, Messi dan Suarez seakan buntu untuk menembus pertahanan Roma. Mengamati data UEFA.com (11/4/18), Roma memiliki 16 kesempatan dengan 7 on target dan 3 diantaranya menjadi gol sedangkan Barcelona hanya mendapat 9 kesempatan dengan 3 on target. Walaupun hanya memiliki 45 persen ball possession, Roma sangat efektif bermain terbukti memiliki keunggulan tendangan sudut 6 berbanding 3.

"Kami tidak pernah merasa nyaman dalam pertandingan tersebut karena Roma bermain sangat baik dan kami tidak bisa mendapatkan permainan kami sendiri. Mereka berani mengambil risiko dan kami tidak bisa mengatasi semua tekanan. Gol pertama Dzeko telah memberi mereka kekuatan dan kemudian mereka mendapat gol kedua dan ketiga di babak kedua. Saya merasa kasihan kepada para penggemar. Ini merupakan kekecewaan besar bagi mereka. Tetapi sekarang kami harus fokus pada kompetisi yang kami miliki. Kami harus terus melihat ke depan." Demikian pelatih Barcelona ini menyampaikan kepedihannya seusai laga seperti dilansir Skysports.com (11/4/18).

Pelatih Ernesto Valverde harus mengakui bahwa Roma bermain sangat baik malam itu dan mendatangkan mimpi yang buruk bagi juara lima kali Eropa tersebut. Begitulah sepakbola harus ada yang kalah dan ada yang menang atau keduanya tidak menang dan tidak kalah. Permainan sepakbola selalu berakhir seperti itu. Maka merupakan hal yang benar bagi seorang mental juara adalah selalu menyadari atas kekalahannya dan tetap berani menatap ke depan bukan tertunduk dan terduduk tak berdaya.

Selamat untuk AS Roma, wakil klub dari Seri A yang berhasil lolos ke semifinal Liga Champions tahun ini.

#hensa11042018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline