Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Johan Cruyff, Luis Milla dan Timnas U-22

Diperbarui: 25 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bundesarchiv Bild Futball Niederlands

Tahun lalu tepatnya 24 Maret 2016. Dunia sepak bola saat itu berduka menyusul wafatnya salah satu maestro lapangan hijau, Johan Cuyff pada Kamis, 24 Maret 2016 di usia 68 tahun karena penyakit kanker paru-paru.

Johan Cruyff dan Sepakbola Spanyol.

“Bermain sepak bola itu sangat sederhana, tapi memainkan sepak bola sederhana itu adalah hal yang sangat sulit.”

Itu adalah salah satu kata-kata Sang Maestro yang sangat terkenal. Ya sepakbola itu sangat sederhana namun memainkan sepakbola sederhana itu justru hal yang tidak sederhana.

Cruyff adalah legenda tim nasional Belanda, Ajax Amsterdam dan Barcelona. Peninggalannya yang paling berharga adalah sepakbola Total Football yaitu gaya bermain yang kemudian menjadi budaya akademi La Masia milik El Barca dari kelompok umur U-8 hingga senior.

Pertama kali Rinus Michels Sang Guru Johan Cruyff menerapkan filosofi dan  konsep ini terjadi pada dekade 70-an. Bersama Ajax, berhasil meraih trofi Piala Champions tiga tahun berturut-turut. Total Football mempertontonkan gaya sepak bola dengan konsep menyerang dan bertahan dengan stabil melalui transisi yang sangat rapih. Ada pergerakan secara konsisten dan penataan organisasi tim yang teratur dalam mengisi setiap lini sehingga terlihat sangat atraktif dan mendominasi di seluruh sisi lapangan.

Skuat Orange asuhan Rinus Michels dengan berintikan pemain-pemain Ayax  menyuguhkan permainan yang menghibur yang akhirnya menembus final Piala Dunia 1974. Meski di laga puncak, akhirnya Cruyff dan rekan-rekan kalah dari Jerman Barat namun dunia telah terbius oleh performa Belanda dengan permainan sepakbola menyerang indah sehingga mereka mendapat julukan juara dunia tanpa mahkota itu.

Pada tahun 1988, Cruyff datang ke Barca sebagai pelatih sekaligus membawa revolusi ke dalam tubuh raksasa Katalan tersebut. Langkah awal kebaranian Cruyff adalah dengan pelepasan 15 bintang Barcelona. Cruyff melakukan rekonstruksi total skuat Barca.

Viisi bermain direformasi melalui seniman lapangan hijau berteknik tinggi. Mengandalkan keahlian olah bola dan tidak semata-mata berpatokan pada pendekatan fisik. Filosofi ini diterapkan kepada para pemain Spanyol. Proses produksinya dimulai dari akademi La Masia Barcelona yaitu Sekolah sepak bola dekat stadion Camp Nou yang dibuat mirip seperti milik Ajax Amesterdam. Dari sinilah Johan Cruyff mulai berkarya untuk Barcelona dan sepakbola Spanyol.

Hasil yang diperoleh sekaranga adalah pola yang dulu lebih identik dengan Belanda kini dimiliki juga oleh Tim Matador. Filosofi sepakbola Cruyff yang ditularkan ke Barcelona menjadi pegangan bagi Timnas Spanyol yang kemudian dikenal sebagai ‘Tiki Taka’. Tim Matador merajai Eropa tahun 2008, 2012, dan Piala Dunia 2010 dengan menunjukkan pola permainan menyerang dengan penguasaan bola mirip Timnas Belanda di Piala Dunia 1974.

Hal ini diakui oleh Presiden Barca saat ini, Josep Maria Bartomeu bahwa Cruyff telah mengubah sejarah klub Barcelona sekaligus Timnas Spanyol. Salah satu asuhan Cruyff yaitu legenda Inggris Gary Lineker melalui twitternya bahkan menyebutkan bahwa mantan pelatihnya  itu sebagai sosok revolusioner sejati dalam dunia si kulit bundar. Sepakbola menjadi terlihat indah ketika disentuh oleh Johan Cruyff.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline