All England 2017, Mempertanyakan Kesiapan Fisik Tunggal Putri dan Putra Indonesia.
Semua pemain tunggal berguguran dan hanya dua ganda Indonesia yang lolos ke perempat final di Turnamen Superseries Premier berhadiah total 600.000 USD, All England Open di Barclaycard Arena, Birmingham England pada 7-12 Maret 2017. Mereka adalah ganda campuran pemegang Olimpiade Rio, Tontowi/Liliyana dan Markus/Kevin di ganda putra.
Indonesia mengirimkan pemain-pemain untuk semua nomor yang dipertandingkan. Pada nomor tunggal putri diikuti pemain muda Pelatnas Fitriani, Dinar Dyah Ayustine dan Lyanny Alesandra Mainaky. Sedangkan untuk tunggal putra ada dua pemain muda Pelatnas Anthony Sinisuka Ginting dan Ihsan Maulana. Sebenarnya ada Jonatan Christie yang batal ikut kejuaraan ini karena sakit. Dua pemain senior diluar pelatnas juga mewakili Indonesia yaitu Tommy Sugiarto dan pemain gaek Sonny Dwi Kuncoro.
Sudah kita ketahui hasil dari kiprah mereka di turnamen ini bahwa pemain-pemain tunggal putra sudah berguguran di babak pertama kecuali Sonny Dwi Kuncoro yang berhasil lolos ke 16 besar. Demikian pula untuk tunggal putri hanya tersisa Dinar Dyah Ayustine di babak 16 besar.
Mempertanyakan Metode Latihan Fisik di Pelatnas.
Mengamati kekalahan mereka dalam pertandingan melawan lawan-lawan dari negara lain nampak jelas bahwa faktor fisik menjadi penyebab utama kekalahan para pemain muda ini. Menghadapi kejuaraan besar seperti All England tidak bisa dihadapi dengan persiapan fisik seadanya.
Fitriani, pemain muda harapan masa depan yang masih berusia 18 tahun ini harus mengakui keunggulan pemain Korea Selatan,Sung Ji Hyun (unggulan ketiga) dengan dua set langsung 21- 18 dan 21-12. Pemain Korea Selatan ini hanya butuh waktu 38 menit. Pada set pertama pemegang ranking 3 dunia ini langsung unggul 3-0. Fitriani mencoba mengejar untuk menyamakan kedudukan namun tetap tidak berhasil bahkan Sung melejit hingga 10-5. Fitriani dengan semangat terus mengejar namun Sung tetap mempertahankan jarak 5 poin sampai kedudukan 20-15. Berhasil mendapat 3 poin berturut-turut namun akhirnya set pertama ditutup 21-18. Selama set pertama Fitriani tidak berhasil menyamakan kedudukan poin.
Pada awal-awal set kedua terjadi kejar mengejar poin. Fitriani mengerahkan segala kemampuannya untuk memaksakan pertandingan rbber set. Dari ketinggalan 3-6, Fitriani berhasil menyamakan kedudukan 6-6, 7-6,7-7,8-7,8-8,9-8,9-9,10-9, 10-10 bahkan Fitriani lebih dulu mencapai angka 11 sebelum kemudian disamakn menjadi 11-11. Setelah itu pemain Korea Selatan ini unggul 13-12 dan melesat cepat mengumpulkan poin hingga kedudukan 21-12.
Dinar Dyah Ayustine di babak 16 besar akhirnya juga kandas ditangan pemain India unggulan ke 6, Pusarla V Sindhu 21-12 dan 21-4. Dinar tidak berkutik hanya memberikan perlawanan pada awal set pertama selanjutnya Dinar tidak berdaya bahkan di set kedua Dinar hanya mendapat poin 4. Pertandinganpun hanya butuh waktu 30 menit begitu singkat dan mudah bagi pemain India ini mengalahkan pemain putri Indonesia. Kembali lagi penyebabnya adalah faktor fisik dan stamina.
Mari kita lihat Anthony Ginting saat bertanding di babak pertama melawan pemain Taiwan,Chou Tien Chen yang pernah dikalahkannya dua kali. Ginting menyerah pada Chou dengan mudah 10-21 dan 14-21 dan hanya butuh waktu 38 menit. Terlihat pada set pertama, pemain Taipe ini tidak pernah terkejar poinnya sejak dia unggul 3-0. Ginting hanya sempat mendekati ada posisi 7-10 namun selanjutnya Chou tidak terbendung melesat hingga 20- 10 dan menyudahi set pertama dengan 21-10.
Demikian pula pada set kedua, Chou langsung memimpin dengan 3-1 kemudian kejar mengejar poin dengan ketat sampai posisi 10-10. Setelah ini Ginting benar-benar ambruk ditinggal oleh Chou 18-14 dan sama sekali tidak mampu mendekati pengumpulan poin pemain Taipe ini. Hanya dengan satu service maka set kedua inipun ditutup dengan 21-14.