Lihat ke Halaman Asli

AKIHensa

TERVERIFIKASI

PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

[My Diary] Erika Cinta Monyetku

Diperbarui: 12 Oktober 2016   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="My Diary Fiksiana Community "][/caption]My Diary (Foto : Fiksiana Community)

Nomor Peserta 03. Hendro Santoso

Buku Harian bagiku adalah teman terdekatku, apalagi sebagai seorang pemuda pemalu yang tidak mampu berbagi kepada orang lain. Bahkan seorang sahabat baikku mengatakan bahwa aku bukan sekedar pemuda pemalu tapi malu-maluin. Saat sedang jatuh cinta hanya Buku Harian tempat curahan hatiku.  Sangat wajar sehingga hampir setiap hari aku selalu bercengkerama dengan Buku Harianku, Dear Diary.

*****

Senin 29 Februari

Dear Diary.

Aku sangat bahagia karena sebuah kecup lembut mendarat dipipiku “Selamat ber Ulang Tahun Hensa, ” sebuah ucapan indah dari orang-orang tercintaku. Di Ruang tengah  keluarga itu semuanya berkumpul. Semuanya tersenyum, tertawa ria. Semuanya senang. Semuanya riang. Semuanya bahagia. Semuanya menjabat tanganku penuh haru. Berbahagialah aku namun juga bersedihlah aku. Jatah usiaku untuk hidup telah berkurang satu tahun. Tak tahu apa sebenarnya yang telah aku lakukan selama ini. Benar benar aku lupa. Justru yang aku ingat aku belum pernah melakukan apa apa. Belum pernah berbuat apa apa terutama untuk kedua orang tuaku. Oh Tuhan. .

Diary. Ada hal yang istimewa ketika pulang Sekolah itu, Erika menghampiriku.

“Hensa, selamat ulang tahun ya!” kata gadis cantik yang aku kagumi itu sambil menyerahkan sebuah kado. Aku hanya gugup sambil menerima kado darinya. Hadiah ulang tahunku dari Erika sebuah Buku Harian berwarna hitam. Pada halaman pertama Erika menuliskan ucapan selamat ulang tahun sahabatku semoga selalu bahagia sepanjang hayat. Ah Erika aku sangat mengagumi kepribadianmu. Gadis yang aku kenal sejak SMP ini selalu saja membuat hatiku resah penuh dengan kerinduan. Namun kenapa hingga kini aku masih belum berani ‘menembak’ dia.

Dear Diary, bisakah kau menolongku. Aku kadang-kadang merasa tidak beruntung menjadi pemuda pemalu seperti ini. “Hensa! Ini sudah kelas XII sebentar lagi kamu jadi mahasiswa,” iya sih harusnya aku sudah mulai berani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline