Foto : Sabrina Asril/Kompas.com
"Turut berduka atas meninggalnya supporter sepak bola. Tragedi ini jangan terjadi lagi, kita semua bersaudara -Jkw," tulis Jokowi melalui akun twitternya @jokowi.
Demikian rasa belasungkawa Presiden Jokowi yang diunggah dalam akun twitternya sehubungan dengan korban yang meninggal akibat bentrok antara suporter sepakbola di Sragen pada dini hari Sabtu 19 Desember 2015. Kita semua berduka atas peristiwa ini.
Sudah banyak ditulis dalam media bahwa ada dua korban tewas yaitu Eko Prasetyo dan Slamet. Keduanya diserang di dua lokasi berbeda di wilayah hukum Polres Sragen. Wakapolres Sragen, Kompol Yudy Arto Wiyono, menyatakan telah bergerak cepat dengan mengamankan ratusan orang suporter pemicu bentrok tersebut. Sekitar 500 orang suporter Surabaya ditahan dan diminta keterangannya oleh Polres setempat namun masih belum ditentukan siapa tersangkanya. Selain itu Polres Sragen juga sudah menyita barang-barang bukti berupa senjata tajam jenis parang dan samurai, pedang, pisau, dan celurit. Ada juga benda-benda berbahaya yang ikut diamankan seperti gir, ikat pinggang besar, ketapel, serta ratusan butir kelereng. Seluruh barang bukti tersebut kini sudah diamankan di Mapolres untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut termasuk mengamankan baju yang dikenakan korban yang tewas terkena bercak darah.
Peristiwa seperti ini sudah terjadi untuk yang kesekian kalinya. Presiden Jokowi sudah menekankan agar tragedi seperti ini jangan terulang lagi. Sangat memprihatinkan bentrok antar suporter sepakbola di Indonesia. Tidak habis pikir untuk menonton sepakbola para suporter tersebut membawa peralatan senjata tajam seperti parang, samurai,pisau, celurit, gir, ketapel. Sebenarnya mereka itu mau menonton sepakbola atau mau perang?.
Konflik antar suporter kedua kota ini (Surabaya dan Malang) memang sudah lama berlangsung seperti halnya konflik suporter Jakarta dengan Bandung. Fenomena ini menunjukkan bahwa pembinaan suporter belum berjalan dengan baik. Pembinaan yang dilakukan baik oleh Pemerintah setempat, Federasi maupun Pengurus suporter yang bersangkutan harus kembali dilakukan lebih serius agar tidak terjadi kejadian serupa yang membawa korban tewas. Mungkin saatnya kini konflik harus segera diakhiri saja tidak perlu dipelihara. Tidak ada gunanya memendam dendam. Damai jauh lebih indah dari pada rusuh yang membuat tragedi mengerikan.
Kini saatnya mengakhiri konflik termasuk konflik para elit sepakbola nasional. Kita ini bersaudara. Mari membangun sepakbola Indonesia dengan prestasi dan kedamaian.
Bandung 20 Desember 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H