Lihat ke Halaman Asli

Sarasehan Pencak Silat Road to UNESCO

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1394768106749061928

[caption id="attachment_298995" align="alignright" width="451" caption="Courtesy: Antara Foto"][/caption]

Dalam rangka upaya pengajuan Pencak Silat sebagai salah satu Warisan Budaya Non Benda (intangible heritage) ke UNESCO, Yayasan Gapura Whiksa Nusantara akan mengadakan acara "Sarasehan Pencak SilatRoad to UNESCO" pada hari Minggu, 16 Maret 2014, pukul 10.00 WIB, di Gedung. Teater Wisma Kemenpora, Jl. Gerbang Pemuda No 3, Jakarta Pusat. Sekitar 100 pendekar, sesepuh dan pemerhati Pencak Silatyang mewakili berbagai daerah di Indonesia diundang dalam acara ini untuk turut merumuskan dan menyusun pendokumentasian sejarah dan budaya Pencak Silat Nusantara.

Penyelenggaraan sarasehan ini merupakan langkah maju dari upaya yang sudah dilakukan untuk memperjuangkan Pencak Silat adalah salah satu kekayaan Nusantara yang tak ternilai agar mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Selama ini Kekayaan Budaya Non Benda dari Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan UNESCO adalah Wayang (2003), Keris, (2005), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011) dan Subak di Bali (2012).

Chairul Fahmi, ketua Yayasan Gapura Whiksa Nusantara (GWN), menyatakan bahwaPencak Silat tersebar di banyak wilayah nusantara dengan kekhasannya masing-masing. Pencak Silat bukan dimaknai sebagai beladiri semata melainkan sebagai produk budaya yang memiliki makna filosofis kemanusiaan yang tinggi, penuh kerendahan hati, dan bersahaja. “Pencak Silat itu produk budaya khas Indonesia, berbeda dengan Silat yang menjadi budaya Asia Tenggara,” tegas ketua Yayasan GWN yang berpusat di Bandung itu.

Dijelaskan Fahmi, syarat untuk mendapatkan pengakuan UNESCO adalah tersedianya data empirik, data foto masa lampau dan masa sekarang, dokumentasi video, surat dukungan pengajuan dari para pelaku atau masyarakat pendukungnya dan yang terakhir adalah surat dukungan dari instansi pemerintah. “Dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah bersedia memberikan dukungan,” tutur Fahmi.

Mody Afandi, Ketua Tim “Pencak Silat Road to UNESCO” menambahkan, Pencak Silat yang sudah populer di seluruh nusantara ini ternyata masih mengalami keterbatasan literatur tentang sejarah dan dokumentasinya. Hal ini merupakanhambatan tersendiri bagi generasi muda untuk mengenal Pencak Silat lebih seksama. Sementara itu sekian banyak jenis seni beladiri impor terus berdatangan dan menggempur minat generasi muda negeri ini.

Berangkat dari kondisi itulah maka Yayasan GWN membangun gerakan “Pencak Silat Road to UNESCO bersama dengan Eddie M Nalapraya sebagai Bapak Pencak Silat Indonesia, Kemenpora, PB IPSI, PB PPSI, para pendekar, sesepuh dan pemerhati Pencak Silatuntuk merumuskan Pencak Silat sebagai salah satu pilar jati diri bangsa yang mendunia. (*)

Jakarta, 14 Maret 2014

Ketua Tim “Pencak Silat Road to UNESCO”

Mody Afandi

Mobile: 0878 2306 1288

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline