Lihat ke Halaman Asli

Henri Koreyanto

Kuli Kasar

Kisah Tim Penulis yang Bubar (6)

Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumen Pribadi)

Konon dari sumber yang saya dapat, di tahun 2001, di UKM, di kampus kami, pernah heboh oleh 3 pemuda yang masih segar, yang masih tergolong angkatan baru, punya prestasi akademi yang baik diiringi kemampuan mengelola sebuah organisasi UKM yang mumpuni. Tapi seiring berjalannya waktu, kebebasan berpikir yang kebablasan membuat 3 pemuda ini harus minggir dari panggung prestasi sehingga akademi bukan lagi tujuan jalan utama mereka. cerita itu masih saya simpan dengan baik di sebuah buku kecil. Kelak saya berniat menulisnya lagi dengan cerita yang rapi. Dengan demikian, di sana, entah di bagian mana, saya percaya mereka bertiga tertawa membacanya.

Sebelum melanjutkan cerita siapa 3 pemuda itu, sebagai pembaca yang budiman tentu Anda sudah bisa menebak siapa mereka. Sebagian ceritanya di antaranya sudah saya tulis dengan susah payah. Dan khusus di tulisan ini semoga bisa membuat Anda mengenal lebih baik 3 pemuda yang sekaligus sahabat baik saya itu.

Tokok pemuda pertama yang saya maksud kali ini adalah Mangkuk. Mangkuk mahasiswa angkatan tahun 2000 dari Jurusan Teknik Elektronika D3. Tahun pertama kuliah ia lalui dengan segudang prestasi. Salah satunya, dikenal tangguh dan jawara di soal-soal ujian semester dengan pencapaian nilai rata-rata di atas 95. Dengan durasi waktu penyelesaian yang relatif sangat singkat. IPK Mangkuk tembus di atas angka 3.80 lebih sedikit. Dan itu tidak bertahan lama. Kemudian turun dan terus turun kemudian terjun bebas mengenaskan.

Sementara waktu, saya tinggalkan gibah tentang hal itu. Dulu sewaktu Sendok bercerita tentang Mangkuk yang katanya dianggap sakti, saya berharap saat bertamu di kosnya, Mangkuk punya banyak koleksi keris. Punya banyak koleksi aneka rupa jenis dupa. Punya banyak koleksi-koleksi yang berbau supranatural. Tapi nyatanya, apa yang saya dapat tidak seperti apa yang saya kira. Malahan saya hanya mendapati koleksi-koleksi buku. Hampir rata-rata banyak buku yang bercerita tentang tema sejarah. Selebihnya cuma dua buku saja yang berbau jawa kuna, seperti Primbon Jawa dan Ramalan Jayabaya. 

Sebelumnya, saya sering kali dibuatnya takjub. Kalau sudah bercerita apalagi satu riwayat tertentu. Bisa berjam-jam Mangkuk membedahnya. Pernah suatu ketika Mangkuk bercerita tentang Bung Karno. Bagaimana pergerakan Bung Karno. Bagaimana orasi Bung Karno. Mangkuk begitu semangat. Saking semangatnya, sesuatu yang remeh-temeh dia tahu. Mangkuk paham maksud jas Bung Karno berkancing empat, berkantung empat, dan keempat kantungnya punya kancing yang tidak lazim seperti jas pada umumnya. Bentuk tongkatnya, panjang tongkatnya, berapa jumlah tongkat Bung Karno. Belum jam tangan mereknya apa, hingga ukuran sepatu Bung Karno dibuat di mana dan siapa pembuatnya. Anda tahu sampai kapan Mangkuk selesai bercerita. Sampai uangnya habis buat beli rokok karena saking lamanya bercerita.

Pengetahuan Mangkuk mengupas detail sejarah membuatnya masuk dan larut di UKM Jurnalistik. Banyak teman-teman bilang, Mangkuk termasuk produktif dalam menulis. Satu bulan bisa setor 6 sampai 9 tulisan. Dan dari tulisan itu, Mangkuk bisa beli komputer paling canggih yaitu Pentium 4 waktu itu. Hidupnya bergelimang uang. Harta di kosnya melimpah, koleksi bukunya semakin menumpuk. Dan terakhir saya menemukan rayap di balik koleksi tumpukan bukunya.

Tokoh pendamping kedua bernama Garpu. Garpu memiliki usia yang relatif lebih muda. Masuk kampus angkatan tahun 2002. Dari Jurusan Teknik Elektronika S1. Garpu bukan bagian dari mahasiswa yang memiliki kecerdasan seperti layaknya Mangkuk. Walaupun begitu, IPK Garpu tidak jelek-jelek amat, yaitu 3 koma nol sekian. Garpu memiliki dua kepribadian yang unik. Di satu sisi kadang-kadang mendadak berubah cerdas, di sisi yang lain malahan banyak terlihat ngowosnya dan itu mengesalkan sekali. 

Ketertarikan Garpu pada masalah dunia yang sulit terpecahkan membawanya mengenal sosok filsuf kondang yaitu Socrates. Tentu maksudnya bukan kenal pernah kontak fisik salaman langsung. Atau kenal melalui surat elektronik email. Tapi kenal dari koleksi buku-buku yang dibelinya yang senantiasa menceritakan sosok Socrates lebih dalam. Dari sini Garpu memiliki cita-cita besar. Menulis ide-ide cemerlang yang didapatnya dari membaca buku itu guna membantu mengurai masalah dunia. Ia pun masuk UKM Jurnalistik sebagai tempat berlabuh. Tapi tulisannya belum pernah dimuat karena ide-idenya terlihat konyol dan nggak masuk akal.

Suatu malam, Sendok, Mangkuk dan saya, sedang santai iseng di warung dekat perempatan kampus sambil ngeteh dan menikmati pahitnya kopi. Kami terganggu dengan kepulan asap yang banyak bergerak ke arah kami dan baunya sangat menyengat. Bapak penjual sate itu memang tidak punya perasaan. Sejak siang kami belum makan. Baru kali ini Sendok dan Mangkuk tidak pegang uang yang cukup untuk membeli sate itu karena belum menerima honorarium dari menulis. Tapi, sesaat kemudian dari arah samping kami terkejut, Garpu datang.

Kami bertiga lalu makan sate, Garpu yang traktir. Ia sangat bahagia. Untuk pertama kalinya Garpu punya uang lumayan banyak. Malam itu kami makan kenyang. Ditambah sebungkus rokok yang tidak bisa habis. Kalau tertangkap mata tinggal satu batang, Garpu memesannya lagi buat kami. Ia tidak merokok, bagi Garpu rokok tidak baik. Rokok menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan. Katanya mengutip dari tulisan bungkus rokok yang terlihat jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline