Lihat ke Halaman Asli

Portofolio untuk Perubahan Zaman

Diperbarui: 2 November 2021   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Parasit, atau mungkin, Benalu... Ah jangan ah... Aku tak tega kepada diriku untuk mengatakan itu. Sudah sepantasnya untuk selalu bersyukur.

Aku lebih suka berkumpul, tapi kadang kala di saat waktu tertentu menuntutku untuk menyendiri. Pernah aku melakukan sesuatu diam-diam, di saat teman-teman tak lagi menghubungi, aku pergi jauh hingga memasuki daerah pantai terpencil.

Ku nikmati betul suasana menyendiri itu, kupesan kopi hangat dan menikmati udara di sekitar pantai. Angin yang bertiup sepoi-sepoi ditemani lambaian daun kelapa, membuat hatiku terasa tenang. Hidup serasa betul-betul merdeka.

Tapi di sisi lain, terlintas dalam pikiran. Mengusik dan menggangguku, apakah harus bertahan di posisi seperti ini saja, dengan kata lain sudah cukuplah, ena-ena tanjung kimpul. Sedang di sekitarku, mereka sejawatku mampu berbuat lebih.

Sesekali aku sering bertanya kepada mereka, apakah tak terlalu membebani di saat aktifitas kerja yang sudah terlalu padat. Jawaban yang kudapatkan adalah "menikmati".

'Menikmati' aktifitas tambahan, mereka merasa seperti selalu mengasah keterampilan yang dimiliki. Mungkin memang ada kalanya jenuh datang melanda. Akan tetapi hal itu tak menjadikan mereka untuk berhenti mengasah. Mengalihkan sejenak dari kejenuhan aktifitas, bahkan bisa melahirkan ide-ide baru dan gagasan inspiratif.

Bila dirasa memiliki kemajuan dari mengasah keterampilan jangan stagnasi di situ saja, kata mereka. Tuangkan dalam media sosial, dengan berupa portofolio hasil karya, baik melalui facebook, instagram, twitter bahkan youtube. Siapa tahu ada beberapa pihak yang cocok dan ingin menggunakan jasa keterampilan dari hasil portofolio tersebut. Lumayan menambah pengalaman dan sekaligus menyatakan bahwa kita mampu mengikuti perubahan zaman.

Tapi perlu diingat lagi kata mereka. Aktifitas tambahan hanya bersifat sekunder, bukan primer. Jika terlena, sudah bisa dipastikan akan berdampak kurang optimalnya kinerja pada aktifitas primer. Tentunya sangat berbahaya terhadap sebuah karier. Kecuali memang memiliki manajemen yang tertata, itu lain cerita.

Dari apa yang telah kutanyakan dari teman sejawat itu, maka dapat kusimpulkan. Untuk tak berhenti sampai di sini, selagi masih memiliki kemampuan mengasah keterampilan, kenapa tidak mencoba. Dan apabila sudah mampu mencoba, langkah selanjutnya 'Nikmati' hingga betul-betul menguasai dan syukur-syukur memiliki ciri khas, sehingga meninggalkan jejak di hati bagi yang mengetahui portofolio tersebut. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline