Era tahun 90an, teknologi nggak semaju sekarang. Mungkin kalimat ini terlalu naif, bagaimana tidak...
Ya iyalah tahun segitu teknologi masih minim dengan kata canggih. Jangankan browsing, mbah google belum ada yang kenal di kalanganku waktu itu.
Karena aku sendiri tinggal di kalimantan tepatnya kota pangkalan bun, jadi era tahun 90an cuma radio dan parabola sahabat sejatinya. Radio waktu itu kalau kita set ke-AM, bisa tembus Malaysia, jadi kita kenal banget yang namanya lirik lagu "manis di bibir, memutar kata...." atau judul lagu "gerimi mengundang"
Tapi untuk peran parabola sendiri, kurang lebih untuk penguat sinyal. Tontonan tiap sabtu dan minggu biasanya MTV. Dan presenter kondang yang masih aku ingat yaitu Nadya Hutagalung dan Jamie Aditya yang terkenal dengan "jimi anak ajaib". Musik yang lagi trend selalu di penuhi dengan Boyzone, Backstreet Boys, Nine One One 911, Westlife, Savage Garden, U2, dan masih banyak lainnya. Itu pun kita bisa taunya kalau pas sabtu dan minggu.
Untuk hari-hari senin sampai jumat, kegiatanku hanya mengumpulkan plastik bekas bungkus mie. Kemudian plastik bekas bungkus mie kutukerin di pasar Pangkalan Bun. Si penadah plastik bekas bungkus mie biasanya menawarkan opsi pilihan. Mau Rupiah, atau sembako, ataupun majalah baca seperti Milo, Bobo dan Donald Bebek.
Karena aku tergolong anak-anak, yang kita cari jelaslah kala itu bacaan majalah, pastinya Bobo. Pernah terbesit untuk barter majalah milo dan donald bebek. Tetapi isinya monoton. Tema-temanya nggak sebanyak milik Bobo.
Bobo kala itu, menawarkan isi dengan tema, cerpen, teka teki silang, latihan soal-soal ujian sekolah, sahabat pena, bahkan tak segan-segan memberikan bonus poster. Dan dengan setiap edisi selalu ada yang baru. Setelah mengenal majalah Bobo, mulai tumbuh minat untuk meningkatkan jenjang bacaan. Biasanya aku lebih memperbanyak hasil pencarian plastik bekas bungkus mie untuk dirupiahkan.
Jadi bukan lagi aku barter dengan majalah Bobo. Tetapi hasil rupiahnya aku belanjakan dengan membeli komik. Komik pertamaku adalah Kunfu Boy, hampir satu tahun aku memiliki koleksi cukup banyak di setiap serinya. Bahkan saat menjelang bulan puasa, ketika break mencari plastik bekas bungkus mie, tak segan mengulang bacaan dari seri pertama hingga terakhir dari seri yang aku beli. Hal itu untuk menyiasati agar waktu berbuka puasa bisa lebih cepat.
Karena seri terakhir tak kunjung datang, yang kata pemilik toko buku stok komik dari jawa belum update lagi. Aku memutuskan pindah haluan, dari seri laga menjadi seri detektif. Karya Aoyama Gosho dengan komik detektif conan. Detektif konan pun ternyata bernasib sama, di seri 60an terkadang sulit untuk didapatkan, lagi-lagi alasan si pemilik toko buku dari jawa belum ada yang update.
Untuk mengisi waktu agar tak tenggelam dengan kekecewaan. Aku biasanya membeli buku cerita nabi-nabi, cerita hikayat, dan dongeng-dongeng. Semua atas dasar minat baca, dan walhasil hingga saat ini pun minat baca ini masih tumbuh dalam benakku. Hingga kelewat batas yang terkadang saat membeli nasi makan berbungkus koran pun tak terlewatkan satu huruf dari bacaanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H