Lihat ke Halaman Asli

24, Dejavu

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sedih rasanya bila "masa depan" kita ditentukan kebaikan atau perjuangan pihak lain. Apalagi, bila itu terjadi setelah kita berjuang keras, dan mulai menapaki hasil, namun hampir di ujung perjalanan, harus mengalami sesuatu yang menyesakkan, sehingga situasi itu membuat kita berharap tetap dapat melaju, sembari berharap tetangga satu kompleks bisa membantu kita dengan cara bekerja keras bersaing dengan saingannya yang lain.

Ya, itulah yang dialami Liverpool Football Club (LFC) saat ini, ketika dihempaskan oleh Chelsea FC melalui sistem terminal bus Pulogadung yang diterapkan pelatih Mourinho. Kesal memang dengan cara main Chelsea yang parkir "dua bus" di depan gawang Mark Schwarzer (dan memang beginilah keindahan bermain ala Mourinho: bertahan setelah menang, atau bertahan sekuat mungkin tanpa hirau sepakbola asik).

Tapi, Bill Shankly, pelatih legendaris LFC bilang,"If you are the first,  you are the winner. Buat if you are the second, you are nothing" Menang ya menang, kalah ya kalah. Begitulah kalimat manajer sekaligus pelatih legendaris LFC yang sepertinya diresapi dalam -dalam oleh Mourinho.

Di saat bersamaan, Crystal Palace tak cukup tangguh membendung Manchester City sehingga menelan kekalahan 0-2. Selisih poin antara LFC, CFC, dan City menjadi begitu tipis. Jika Mou menyebutkan peluang juara kini tinggal antara LFC dengan City, maka sesungguhnya itu adalah perang urat syaraf yang terus dilontarkannya sepanjang musim.

Saya teringat ucapan bek legendaris LFC, Jamie Carragher yang di awal musim menyebutkan sesungguhnya, apapun yang terjadi, Chelsea-lah kandidat terkut juara EPL musim ini. Bila melihat hasil pertandingan tadi malam, aku -walau agak pahit- terpaksa mulai menelan analisis Bung Carra tersebut. Sebab, bila melihat sisa pertandingan Chelsea yakni melawan Norwich dan Cardiff serta City (3 pertandingan lagi, di antaranya melawan rival sekota LFC, Everton), membuat gigi terasa ngilu.

Norwich dan Cardiff di ambang degradasi. Jika mereka punya harga diri -dan itu tentu saja ada di dada Craig Bellamy, mantan punggawa LFC-, maka Chelsea bisa saja dikalahkan. Yang lebih sewot tentu adalah Everton yang ingin menembus Liga Champion menggeser Arsenal di posisi keempat, tetaspi di saat yang sama jika Everton menang, hal itu akan membuat musuh sekota mereka, LFC, bisa sedikit mulus ke tangga juara.

Ngilu, benar-benar ngilu gigi ini melihat fakta yang harus dihadapi LFC pascakekalahan versus CFC. Sebab, situasi ketergantungan pada komitmen klub lain bukan pertama kali dialami LFC. Kalau tak salah, musim 2008-2009, LFC di bawah asuhan Rafael Benitez membutuhkan komitmen Manchester City (kalau tak salah saat itu masih dimiliki mantan PM Thailangd, Thaksin Sinawatra) dan satu klub lainnya, kalau enggak salah adalah West Bromwich Albion (WBA).

Saat itu di bawah LFC adalah Setan Merah, MU. Saat melawan WBA, MU menang. Selisih angka menjadi tipis dengan LFC. Saat tinggal City (yang kalau tak salah saat itu diasuh oleh Mark Hughes, mantan legendaris dan binaan Fergi), City kalah telak, di atas 2 gol. Cara bertanding City pun seperti tak punya harga diri.

Akhirnya, MU-lah yang juara. Mungkin, City ingin "membalaskan" dendam terhadap LFC saat bertanding melawan Chelsea dalam laga penentuan di musim sebelumnya. Saat itu Steven Gerrard melakukan blunder dengan backpass-nya ke Pepe Reina, yang kemudian bola direbut, dan Chelsea menang dan tampil sebagai juara menggusur MU.

Situasi yang dialami LFC saat ini benar-benar menyesakkan. 24 tahun sabar menanti. 24 tahun tetap mencintai LFC, namun kini seperti mengalami dejavu. Saya yakin LFC menang di 2 pertandingan terakhir, namun tetap saja harus berharap ada keajaiban yang membuat Norwich dan Cardiff sungguh-sungguh melawan Chelsea dan 3 klub lainnya, termasuk Everton yang ingin mentas di Liga Champion, untuk bersungguh-sungguh melawan City.

Sesak, sungguh sesak. 24 tahun sepertinya belum cukup, masih harus ditambah beberapa tahaun lagi kah? Tabik!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline