Lihat ke Halaman Asli

Bisa Apa Puan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14144233081912711214

[caption id="attachment_331473" align="alignnone" width="275" caption="Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan"][/caption]

Pertanyaan di atas penulis sampaikan bukanlah berdasarkan sentimen, atau berbau ejeken gender, bukan pula bersifat sengaja meragukan atau terkesan mengolok-olok dan semata-mata dikaitkan dengan Megawati Soekarnoputri. Tidak, sama sekali tidak seperti itu niat penulis.

Penulis benar-benar bertanya memang kurang tahu apa prestasi beliau. Penulis memang pernah sekali secara dekat mendengar dan melihat langsung Puan berbicara tentang dirinya, yakni beberapa tahun lalu di kantor DPD PDI Perjuangan Sumut di Jalan Hayam Wuruk Medan.

Saat itu kemungkinan adalah acara konsolidasi kader dan PDI Perjuangan Sumut. Puan memang eye catching saat itu, suaranya terdengar empuk dan enak didengar, enggak cempreng. Mungkin karena mikrofon yang dimiliki PDI Perjuangan Sumut juga bagus.

Saat itu, penulis ingat, Puan berbicara tentang dirinya yang tidak serta-merta hadir dalam dunia politik alias karena semata trah Soekarno. Puan Maharani menceritakan kepada ratusan kader yang hadir di acara itu kalau dirinya di zaman tirani Soeharto merasakan pengabnya tekanan tentara Orde Baru.

Apa yang dialami Ibunda dan Ayahanda Puan, yakni Megawati Soekarnoputri dan Taufiek Kiemas, juga diakui Puan turut dirasakan oleh dirinya. Dia bisa tahu betapa berat langkah dan jalan yang harus dilalui oleh Ibunda dan Ayahanda serta seluruh kader PDI saat itu.

Penulis meyakini Puan tidak berbohong saat menceritakan tentang dirinya saat itu. Gesture tubuh dan suara Puan yang kemudian serak saat itu mengesankan bahwa dia bicara jujur dan seperti mengingatkan kader untuk tetap setia dan kuat dalam menjalani hari-harinya bersama PDI Perjuangan.

Tapi, apakah situasi yang pernah dialami Puan itu berkorelasi langsung dan selaras dengan kemampuannya dalam mengorganisir sebuah gelombang politik? Apakah pengalaman Puan itu mampu membuat dirinya menjadi seorang organisatoris yang baik? Inilah yang penulis tanyakan.

Saat ini Puan Maharani duduk sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, mengoordinasi sejumlah kementerian di bawahnya. Bisakah Puan menunjukkan leadershipnya dalam mengelola kementerian yang dikelolanya dan menjaga kestabilan kinerja kementerian di bawahnya?

Pertanyaan ini layak tayang karena saat pemilihan Ketua DPR dan MPR lalu tak nampak peran signifikan dari seorang Puan Maharani. Memang, saat itu kelihaian dan kesolidan Koalisi Merah Putih (KMP) menjadi faktor langsung dari kekalahan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Tapi faktor leadeship Puan juga menjadi faktor yang bakal menentukan posisi KIH di parlemen.

Penulis memang tudak men-judge Puan Maharani, apalagi situasi yang saat ini dialami Puan di mana kementerian yang bakal dipimpinnya masih memerlukan waktu untuk konsolidasi. Tapi, pertaanyaan itu terus akan muncul: Bisa Apa Puan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline