Lihat ke Halaman Asli

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Relakah Anak Kita Menjadi Tumbal?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sumber : Rudi Avee Cayank di grup FB "Tanya ASI- HZ Lactation Center"

Bunda henny, bunda nanik & yang lainnya. Maaf baru cerita sekarang. Silahkan dibaca CERITA KEHIDUPAN KAMI.


Assalamu'alaikum.wr.wb
Sebelumnya perkenalkan nama saya Siti Afifah (afi), istri dari Rudiyanto, Jogyakarta. Kami menikah tgl 04 mei 08.

Alhamdulilah tanggal 28 maret putri pertama kami lahir dengan BB 3,6 dan PB 50cm. Kami beri nama ASHILA NAILI RACHMACH. Alhamdulilah saya berikan ASI.
Umur berapa, saya lupa, pernah saya periksakan ke bidan kenapa nafasnya grok2. Bidan bilang "tidak apa2, hanya flu biasa."  Umur 2,5bln kalau tidak salah mendapatkan vaksinasi DPT/POLIO. Pada saat itu, perawatnya bicara sendiri "panas ga ya.. panas..eeh ga panas deng.."

Karena akupun kurang paham pada waktu itu, kami pulang tanpa obat penurun panas. Ketika di rumah tiba-tiba panas,aku pun bingung. Lalu kami membawanya ke seorang dokter anak di salah satu RSKA, Jogyakarta. Biaya pemeriksaan yang kami bayarkan sebesar Rp 500.000,oo dan dokter menganjurkan agar anak kami dilakukan terapi sinar dua kali. Namun karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan serta suami berada di Jakarta, maka kami mengurungkan niat untuk terapi.


Tiba-tiba setelah selesai menyusu, anak saya muntah-muntah sangat banyak. Seingat saya hari itu adalah hari Jum'at, wajahnya membiru dan melemas. Akhirnya kami segera membawanya ke rumah sakit terdekat.
Lalu dirujuk ke PKU JOGYA jam 15.00. Hasil rontgen mengatakan bahwa Syila menderita pembengkakan jantung dan bronk .. ( maaf saya lupa nama penyakitnya). Pukul21.00 wb, akhirnya kondisi anak saya semakin kritis & meninggal dunia.


Tgl 30 Agustus 2010, Alhamdulilah putra kedua kami lahir pada pukul18.30 WIB dengan BB 3,5 Kg dan PB 49 cm. Kami beri nama MUHAMMAD RIDWAN ABDUSSALAM.
Pagi harinya dokter mengatakan bahwa anak kami harus dirujuk ke SARDJITO, dengan alasan perut kembung dan belum BAB.

Bisa dibayangkan betapa hancur hati saya saat itu. Saya pun meninggalkan jaminan STNK motor agar bisa keluar dari klinik itu. Sesampainya di RSUD Sardjito, anak saya langsung masuk ruang NICU. Dokter anak yang merawat mengatakan bahwa anak saya memiliki lubang anus, namun terjadi penyumbatan di usus dan harus segera operasi. Akhirnya ridwan dioperasi untuk dibuat lubang pada perut agar bisa BAB

Saat itu, aku pikir bisa pulang setelah 1minggu. Tapi apa yangg terjadi.. Jahitan operasi di perut jebol, saya tak kuasa menahan tangis pilu.

Hari ke 10, operasi ulang.
Hari ke 15, jebol lagi.
Katanya albumin rendah,kekebalan tubuh anak saya jelek. Allahuakbar..kuatkan saya untuk menceritakan ini semua.
Jebol nya semakin melebar & membentuk lingkaran seperti lingkaran gelas kecil (gelas air zamzam).
Anak saya mengalami pendarahan dan koma selama 5 hari. Segala obat di masukkan termasuk transfusi darah hampir tiap hari. Sampai menghabiskan pendonor kurang lebih 10 orang.


Alhamdulilah hari ke 28, dia bangun dari koma. Dokter bilang anak ibu kuat, sebuah keajaiban dari Allah.
Tapi paginya, tanggal 28 september 2010, Ridwan kembali kritis & akhirnya meninggal dunia pada pukul 6 pagi. Kedua kalinya saya kehilangan buah hati tanpa sempat menyusuinya lebih lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline