Lihat ke Halaman Asli

HENNY FITRIA

Bekerja sebagai Guru Di SMK Negeri 3 Bengkalis Kabupaten Bengkalis yang saat ini sedang menempuh studi S2 si Pasca Sarjana Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Provinsi Riau Program Studi Magister Pedagogi

Penerapan Kurikulum Merdeka di Daerah 3T, Mungkinkah?

Diperbarui: 2 Juni 2024   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Daerah 3T adalah singkatan dari Daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal. istilah ini digunakan untuk merujuk pada wilayah di Indonesia yang memiliki tingkat pembangunan yang rendah dan akses yang terbatas terhadap infrastruktur, peluang ekonomi, dan layanan publik. Namun beberapa tahun terakhir sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Demikianhalnya dengan dunia Pendidikan di daerah 3T di Indonesia saat ini juga sudah mengalami perubahan yang berarti. Hal ini mungkin disebabkan oleh penerapan Kurikulum Merdeka sebagai terobosan yang berpotensi membawa dampak positif di daerah 3T. Adapun hal-hal yang menjadikan daerah 3T sulit untuk berkembang adalah kesenjangan pendidikan yang selama ini terjadi. Daerah 3T seringkali tertinggal dalam hal infrastruktur, kualitas guru, dan capaian belajar siswa. Kurikulum Merdeka dengan fokus pada peserta didik dan fleksibilitas pembelajaran menawarkan harapan untuk menjembatani kesenjangan tersebut.

Penerapan Kurikulum Merdeka ini dianggap mampu mengentaskan persoalan pendidikan di daerah 3T dengan beberapa alasan yakni: Pertama, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi sekolah dan guru di daerah 3T. Mereka dapat menyesuaikan kurikulum dengan kondisi dan kebutuhan belajar siswa setempat. Hal ini penting karena realita pendidikan di daerah 3T mungkin berbeda dengan daerah lain. Dengan fleksibilitas ini pembelajaran bisa menjadi lebih efektif dan bermakna bagi para siswa. Selain itu penerapan Kurikulum Merdeka juga menitik beratkan pemerataan guru melalui program P3K. 

Kedua, Kurikulum Merdeka dirancang untuk membekali siswa dengan kompetensi Abad ke-21. Di era digital ini berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif menjadi sangat penting. Siswa di daerah 3T pun perlu dibekali dengan kompetensi tersebut agar bisa bersaing dan beradaptasi dengan dunia yang terus berkembang. Ketiga, Kurikulum Merdeka mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Ini selaras dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan akses di daerah 3T. Pemanfaatan TIK berpotensi meningkatkan kualitas pembelajaran di sana, serta membuka akses yang lebih luas terhadap informasi dan pengetahuan bagi para siswa.

Terakhir, Kurikulum Merdeka juga menekankan peran serta masyarakat. Di daerah 3T, keterlibatan masyarakat dalam pendidikan masih perlu ditingkatkan. Kurikulum Merdeka bisa menjadi sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung kemajuan pendidikan di daerah tersebut. Tentunya, menerapkan Kurikulum Merdeka di daerah 3T tidaklah mudah. Keterbatasan infrastruktur, sumber daya manusia, dan konektivitas internet menjadi tantangan tersendiri. Namun dengan dukungan dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, Kurikulum Merdeka berpeluang membawa perubahan positif bagi pendidikan di daerah 3T. Ini bisa menjadi langkah maju untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline