"Kita ngobrol di rumah dan leyeh-leyeh pun aku suka." Begitu sahabat saya mengatakan sebelum datang berkunjung. Dia mengerti, jadwal kedatangannya itu sekitar semingguan setelah operasi kedua bahu saya.
Tentu saya tidak setuju. Toh, saya baik-baik saja. Operasi kedua ini relatif ringan dibandingkan yang pertama Februari lalu. Dokter bilang, pemulihannya akan lebih cepat.
"Ke Salzburg, yuk!" Ucap sahabat saya. Perjalanan ke Salzburg dari rumah memakan waktu sekitar 4,5 sampai 5 jam, termasuk waktu berganti kereta. Kami akan menginap, tentunya. Hanya saja, akan diputuskan sesuai situasi. Ini kan slow travel, jadi semua berjalan dengan santai saja.
Ketika saya katakan Salzburg tempat kelahiran Wolfgang Amadeus Mozart, sahabat saya tertawa. Dia bilang, kota kelahiran Mozart sudah pernah dia kunjungi.
Lalu, saya tawarkan untuk ke Zurich yang hanya "selemparan batu" jaraknya. Ternyata, teman saya belum pernah ke Swiss.
Rencana ini saya sampaikan ke suami. Soal izin, suami saya paling pengertian. Dia selalu memberi ruang pada saya untuk menikmati "me time." Hal yang paling penting, dia mengetahui dengan siapa saya pergi dan ke tempat yang aman.
Sahabat saya liburan sendirian, memanfaatkan liburannya untuk mengunjungi teman-temannya di Eropa, khususnya Jerman. Dia beserta suami dan anaknya pernah beberapa tahun tinggal di sini saat melanjutkan studi.
Schengen dan pesona Zurich
Biar tidak lupa, saya langsung mengeluarkan paspor dan memasukkan ke dalam tas. Tanpa paspor, bisa-bisa saya ditolak masuk saat pemeriksaan di perbatasan negara.
Negara Swiss bukan anggota Uni Eropa, meskipun masuk dalam wilayah Schengen. Warga negara Jerman bisa memasuki negara Uni Eropa hanya dengan Personalausweis (KTP), tetapi ke negara bukan anggota Uni Eropa wajib membawa paspor.
Schengen