Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Slow Travel, Perjalanan Santai Sekaligus Mengakrabi Budaya Lokal

Diperbarui: 5 November 2023   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Slow travel, perjalanan santai sekaligus mengakrabi budaya lokal | pemandangan Tuebingen di musim gugur | foto: HennieOberst—

  • "Slow down the pace so you catch all the beautiful details" -(unknown)

Seorang sahabat mengatakan akan mampir ke tempat saya. Senang banget. Jarang-jarang ada kunjungan teman dari tanah air.

Perkenalan kami dimulai belasan tahun lalu, saat kami sama-sama merantau di satu negeri, mengikuti tugas suami. Pertemuan yang langsung "klop" dan menjadikan kami dekat.

Liburan dia kali ini ke Eropa dilakukan seorang diri, mengisi masa cuti tahunan, untuk mengunjungi beberapa teman. 

Dalam hal traveling, kami juga "satu frekuensi." Kami sama-sama suka menjalani dan menikmati perjalanan yang tidak diburu-buru jadwal yang padat. Perjalanan yang dikenal juga dengan istilah "slow travel."

Satu lapak sayuran di pasar mingguan Stuttgart | foto: HennieOberst 

Slow travel

Kemajuan teknologi mempercepat penyebaran beragam informasi. Satu tempat wisata bisa terviralkan melalui sosial media, film, drama, atau media lainnya. 

Lantas, tempat itu menjadi sangat populer dan menjelma sebagai tempat tujuan "wajib" bagi wisatawan. Orang berbondong-bondong menyerbu lokasi wisata itu dan rela antre lama hanya untuk mengabadikan diri di sana. 

Salahkah melakukan perjalanan seperti itu? Tentu saja tidak. Ini hanya gaya traveling yang berbeda, sesuai kesukaan dan selera masing-masing pelaku perjalanan. Sebagian orang ada yang suka dengan perjalanan santai, ada juga yang suka perjalanan tergesa-gesa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline