"Slow down the pace so you catch all the beautiful details" -(unknown)
Seorang sahabat mengatakan akan mampir ke tempat saya. Senang banget. Jarang-jarang ada kunjungan teman dari tanah air.
Perkenalan kami dimulai belasan tahun lalu, saat kami sama-sama merantau di satu negeri, mengikuti tugas suami. Pertemuan yang langsung "klop" dan menjadikan kami dekat.
Liburan dia kali ini ke Eropa dilakukan seorang diri, mengisi masa cuti tahunan, untuk mengunjungi beberapa teman.
Dalam hal traveling, kami juga "satu frekuensi." Kami sama-sama suka menjalani dan menikmati perjalanan yang tidak diburu-buru jadwal yang padat. Perjalanan yang dikenal juga dengan istilah "slow travel."
Slow travel
Kemajuan teknologi mempercepat penyebaran beragam informasi. Satu tempat wisata bisa terviralkan melalui sosial media, film, drama, atau media lainnya.
Lantas, tempat itu menjadi sangat populer dan menjelma sebagai tempat tujuan "wajib" bagi wisatawan. Orang berbondong-bondong menyerbu lokasi wisata itu dan rela antre lama hanya untuk mengabadikan diri di sana.
Salahkah melakukan perjalanan seperti itu? Tentu saja tidak. Ini hanya gaya traveling yang berbeda, sesuai kesukaan dan selera masing-masing pelaku perjalanan. Sebagian orang ada yang suka dengan perjalanan santai, ada juga yang suka perjalanan tergesa-gesa.