Tanggal 1 April yang lalu seperti biasa saya menerima email dari sekolah. Di sekolah anak saya, hampir semua komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua murid dilakukan melalui email. Pembicaraan melalui telepon hanya dilakukan jika sudah ada janji terlebih dahulu.
Komunikasi melalui aplikasi perpesanan, misalnya, grup whatsapp tidak dilakukan. Grup melalui aplikasi perpesanan memang tidak terlalu biasa di sini. Namun begitu, ada juga di beberapa sekolah yang melakukan hal ini.
Email yang saya terima itu berisi regulasi corona yang baru. Mulai tanggal 3 April ada perubahan aturan corona, salah satunya adalah penggunaan masker ditiadakan di beberapa tempat, termasuk di sekolah.
Jadi, sifatnya sukarela. Guru dan murid boleh menentukan sendiri apakah akan mengenakan masker atau tidak selama berada di sekolah.
Protokol kesehatan lainnya tetap berlaku, seperti menjaga jarak, desinfektan, ventilasi udara ruangan. Selain itu wajib tes antigen masih diberlakukan 2 kali seminggu, sebelumnya 3 kali.
Peraturan wajib masker dan menggunakan masker medis FFP2 masih tetap berlaku di transportasi umum, rumah sakit, praktik dokter, panti warga senior, daycare, fasilitas bantuan tunawisma, pengungsi, dan beberapa tempat tertentu lainnya.
Bebas masker, bagaimana situasinya di sekolah?
Senin, 4 April bebas masker di sekolah mulai berlaku. Beberapa hari sebelumnya, kami di rumah sudah membicarakan hal ini. Saya ingin tahu bagaimana pendapat putri saya mengenai aturan melepas masker yang diberlakukan.
"Aku masih mau tetap pakai masker di sekolah," begitu anak saya menanggapi obrolan kami.
Lega rasanya mendengar omongan anak saya. Memang sejak awal peraturan wajib masker, anak saya tidak pernah mengeluh dengan pemakaian masker.