Apa yang paling mengkhawatirkan jika hidup jauh dengan kedua orang tua?
Ya, mendengar kabar bahwa mereka tidak baik-baik saja.
02 April 2008
Saat tidur biasanya ponsel saya set ke silent mode. Namun, pagi ini bukan hari biasa. Seperti biasa, saya tidak langsung memeriksa ponsel ketika bangun tidur. Setelah suami berangkat kerja, sekitar pukul 6.30, saya lihat pesan dari ayah lewat SMS. Ibu masuk rumah sakit karena tiba-tiba kesulitan bernapas. Berita masuk sekitar pukul 3 pagi waktu Jerman.
Saya hubungi ayah. Di seberang telepon ayah menangis, mengatakan ibu barusan saja berpulang. Bagaimana bisa secepat itu pergi, padahal tidak ada kabar sakit apa pun sebelumnya. Kesedihan ini tidak bisa saya gambarkan sampai hari ini, seperti kehilangan separuh jiwa.
Saya menangis sendiri, terduduk di lantai. Anak saya yang masih yang masih berusia 9 bulan memandang dengan wajah bingung. Saya menelepon suami di kantornya dan mengabarkan berita kemalangan ini. Dia mengatakan akan pulang segera.
Lantas saya menghubungi kakak di Jerman dan adik di Swiss. Mereka pasti baru mendapatkan kabar yang sama.
Keputusan secepat mungkin harus kami ambil. Ya, kami harus terbang selekas mungkin dengan menumpang maskapai penerbangan apa pun yang tidak memakan waktu perjalanan terlalu lama.
Saya tahu, sesegera mungkin kami berangkat, tetap tidak bisa mengantarkan ibu menuju tempat peristirahatan abadinya. Namun, menunda penerbangan tidak juga ada gunanya.
Perjalanan yang relatif singkat tanpa banyak berganti pesawat. Penerbangan menuju Medan melalui Kuala Lumpur atau Singapura adalah pilihan terbaik karena lebih singkat dibandingkan melalui Jakarta.