Strasbourg 2020
Seperti mimpi rasanya aku bisa melihat sosokmu lagi. Serasa berabad-abad kita tidak bersua. Kau masih sama seperti dulu, tetap cantik. Tadinya aku kurang yakin dengan penglihatanku, karena kacamata hitam yang kau gunakan menutupi mata beningmu.
Aku harus mengumpulkan seluruh keberanianku untuk menghampiri mejamu. Laki-laki macam apa aku ini. Melihat dirimu membuatku seperti pria tak berguna, pengecut.
Angin musim gugur menerbangkan daun-daun di taman kecil tepat di depan cafe. Sehelai daun maple Jepang berwarna merah mampir di rambutmu, lalu jatuh saat kau menunduk.
Kau berdiri dan menyambut seorang anak laki-laki berambut pirang gelap yang berlari kecil menghampirimu.
Ah! Itu pasti putramu. Kalian berdua terlihat menikmati makanan yang disajikan tidak lama setelah itu.
"Selamat makan. Apa kabar, Amira?" Aku akhirnya sudah berdiri di samping mejamu.
"Hai, Dewa! Kejutan yang menyenangkan."
Matamu berbinar saat menengadah dan membalas sapaanku
"Sejak kapan kau ada di negeri ini, Wa?"