Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Speicherstadt, Pesona Kota Pergudangan di Hamburg

Diperbarui: 6 Mei 2021   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Speicherstadt Hamburg | foto: pixabay/KarstenBergmann—

Freie und Hansestadt Hamburg, biasa disebut Hamburg adalah city-state, kota yang merupakan Negara Bagian. Kota Hamburg dengan 1,8 juta penduduk merupakan kota kedua terbesar di Jerman.  

Musim panas yang lalu, saat diberlakukannya pelonggaran lockdown, kami manfaatkan untuk mengunjungi Hamburg. Sejenak meninggalkan rumah dan pindah beberapa hari menikmati suasana kota lain. Dari rumah kami jarak ke kota pelabuhan ini lebih kurang 700 km.

Saya lupa berapa jam perjalan kami tempuh, karena mampir ke sana sini. Biasanya, jika menggunakan kendaraan pribadi tanpa istirahat (bergantian mengemudi), dapat ditempuh sekitar 8 hingga 9 jam. Dengan catatan tidak ada kemacetan parah di jalan. 

Kota Pergudangan Hamburg | foto: HennieTriana

Selama di Hamburg, kami memutuskan untuk menggunakan transportasi umum, demi kepraktisan. Mobil kami tinggalkan di tempat parkir hotel, kemudian menumpang bus dan kereta bawah tanah (U-Bahn) menuju tempat-tempat yang akan kami kunjungi.

Karena masa pandemi belum berakhir, banyak tempat umum masih tutup. Protokol kesehatan tetap diberlakukan dengan ketat, serta pembatasan kontak sosial. 

Tidak jauh dari pelabuhan, terdapat bangunan tinggi dari batu-bata merah yang berdiri bersebelahan. Ini adalah bangunan Kota Pergudangan.

Speicherstadt begitu sebutannya, adalah kompleks gudang yang tersambung dan merupakan yang terbesar di dunia sekitar 26 hektar. 

Pembangunan gedung ini dimulai pada 1883 di masa kepemimpinan Kaisar Wilhelm II. Seperti umumnya pembangunan proyek besar, selalu ada pihak lain yang harus dikorbankan. Tidak terkecuali pendirian Speicherstadt ini. 

Hamburg Speicherstadt | foto: HennieTriana

Pembangunan kompleks penyimpanan barang bebas cukai ini memaksa sekitar 20.000 orang untuk meninggalkan rumahnya. Mereka, penduduk di distrik Kehrwieder dan Wandrahm kebanyakan adalah para pekerja pelabuhan.

Namun, tidak hanya para pekerja, pedagang kaya yang tinggal di rumah bergaya barok yang megah juga harus merelakan tempat tinggal mereka demi berdirinya proyek raksasa ini. 

Sayangnya, kompensasi cuma diberikan kepada sekitar 1.000 pemilik rumah yang terkena penggusuran. Sedangkan para penyewa rumah, mau tak mau harus mencari jalan sendiri. Pindah ke kawasan lain dengan membayar uang sewa yang lebih tinggi, dan harus menempuh perjalanan yang lebih jauh ke tempat kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline