Tidak lengkap rasanya, jika berada di Tiongkok jika tidak mengunjungi Great Wall. Begitu yang saya lakukan saat pertama berada di negeri ini. Pengalaman yang sangat berkesan, meskipun perlu tiga hari bebas dari rasa pegal-pegal setelah menaiki dan menuruni anak tangga yang tidak terhitung banyaknya.
Laksana ular raksasa, tembok dengan panjang 21.196 km dibangun berkelok-kelok melintasi dataran luas, gurun, dan pegunungan. Tergambar keindahan dari peninggalan kejayaan dan kemegahan masa lalu.
"Great Wall China adalah satu-satunya karya manusia yang dapat dilihat dari bulan."
Apakah benar rumor tersebut?
Menurut Eugene A. Cernan (astronaut Apolli 17); "Tidak ada benda buatan manusia yang dapat dilihat dari bulan, baik dengan mata telanjang maupun dengan teleskop yang dimiliki Apollo." Tembok Besar Cina dapat dilihat dari jauh, dari jarak 300 hingga 500 km.
Ketika bermukim di Shanghai, ada dua orang adik saya dan keluarga mereka dari Indonesia yang datang mengunjungi kami. Tembok Cina adalah salah satu yang mengisi daftar tempat yang harus dikunjungi.
Saat itu adalah liburan sekolah di Indonesia, menjelang libur panjang musim panas di Tiongkok (mulai 1 Juli, berlangsung 2 bulan lamanya). Karena adik saya datang bersama suami dan anak-anaknya, maka pilihan tempat liburan adalah yang tidak terlalu padat pengunjung, terutama grup wisatawan.
Dari referensi seorang teman yang menetap di Beijing dan sudah puluhan kali membawa tamu ke great wall, Juyongguan Great Wall adalah yang paling sepi dari rombongan pelancong.
Umumnya grup wisatawan mengunjungi Badaling Great Wall (tempat yang belum pernah saya kunjungi). Jika berkunjung ke sini pada puncak liburan musim panas, dijamin pengunjung terlihat sangat padat. "Lautan manusia terlihat seperti cendol," begitu menurut teman saya.