Setiap tahun, secara berkala di sekolah anak saya (dan lazimnya sekolah Jerman) digelar lapak penjualan kue dan makanan ringan.
Kue-kue ini adalah sumbangan dari beberapa murid yang ingin berpartisipasi. Hasil penjualan akan masuk ke dalam kas kelas yang ikut menyemarakkan kegiatan ini. Biasanya dagangan digelar saat istirahat.
"Ma, minggu depan kelas kami ikut acara jualan kue. Tadi aku udah tunjuk tangan, ikutan nyumbang."
Sepulang sekolah, putri saya berkata dengan wajah berseri-seri. Itu saat pertama sekali kelas mereka ikut meramaikan acara berkala ini.
"Mau jual kue apa?"
"Eule (burung hantu) cupcake ya Ma, aku suka itu. Lucu, pasti laris nanti jualan kami."
Sudah dua kali kelas anak saya ikut meramaikan kegiatan ini. Cupcake oreo burung hantu memang kue yang paling sering diminta anak saya. Rasa biskuit berwarna gelap yang lezat ini memang disukai hampir semua anak.
Awalnya saya tidak bisa membuat kue. Dulu saya sering membantu ibu membuat kue, tetapi cuma mengaduk-aduk. Pekerjaan dapur betul-betul tidak saya sukai.
Semenjak tinggal di Jerman dan punya anak kecil, saya sering berkumpul dengan teman-teman yang memiliki anak seumuran. Saya perhatikan, umumnya wanita Jerman bisa membuat kue.
Kalau berkunjung ke rumah teman, kue yang mereka sajikan hampir selalu bikinan sendiri, sementara saya hanya membeli di toko roti. Lama-lama saya bosan juga dengan variasi kue yang dijual.