Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Menghadapi Kolega Suami yang Dilanda Puber Kedua

Diperbarui: 20 Desember 2020   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi flirt - foto: pixabay.com/Alexander-777

Percayalah, perasaan segar dan berbeda layaknya puber kedua ini tidak hanya dialami oleh pria saja, tetapi juga wanita. Tetapi sebetulnya, rasa berbunga-bunga ini bisa kita sesuaikan dan atur agar tidak kebablasan.

Pada usia sekitar 35 sampai 40-an tahun biasanya kematangan pribadi, karir dan keluarga mulai terlihat nyata. Di usia sekitar inilah hadir yang sering dianggap puber kedua.

Umumnya, pasangan yang memiliki anak, terutama perempuan, sudah mulai terlepas dari kerepotan mengurusi anak kecil. Waktu untuk diri sendiri semakin banyak, menghadiri reuni teman sekolah misalnya, atau hanya sekadar kumpul dengan kawan-kawan dekat.

Kesempatan mempercantik diri, yang selama ini agak terbatas karena harus membagi waktu dengan keperluan si kecil, bertambah. Bagi pria, memperbaiki penampilan juga tidak kalah pentingnya. Berdasarkan curhat seorang sahabat saya, dia mulai rajin menjaga pola makan dan berolahraga, demi mengembalikan bentuk tubuhnya seperti sebelumnya.

Ini ada satu pengalaman saya menghadapi kolega suami yang sedang berbunga-bunga di masa puber keduanya. 

Tahun-tahun awal di Jerman, saya memutuskan untuk tidak meneruskan pendidikan master yang baru dimulai, karena memilih mengikuti suami yang tugasnya memang mengharuskannya berpindah tempat tinggal.

Di negara lain ini, biasanya hubungan sosial antarpekerja lebih erat. Orang Jerman biasanya membatasi urusan pribadi dengan rekan kerja. Tetapi berbeda jika berada di luar Jerman, pergaulan terlihat lebih lentur. Iya, orang Jerman itu memang terkenal kaku.

Hampir setiap akhir minggu, kami menghabiskan waktu bersama. Makan malam dan mencoba kuliner di tempat yang berbeda-beda. Kadang acara belanja bersama juga kami lakukan, terutama menjelang waktu libur panjang.

Beberapa kolega suami saya tidak membawa keluarganya ikut pindah ke negara lain. Alasannya, pasangan mereka tidak mungkin meninggalkan perkerjaannya, dan urusan sekolah anak.

Contohnya, Harry, usia awal 40, tinggi dan ganteng. Istri dan anak laki-lakinya yang berusia 11 tahun tidak mengikutinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline