Siang tadi saya ngobrol dengan Juli, sahabat saya sejak SMP. Awalnya bercakap-cakap mengenai foto makanan yang dia tayangkan di sosial media. Lantas tentang banjir yang sedang melanda sebagian wilayah kota Medan, termasuk daerah yang tidak jauh dari rumahnya.
Pagi tadi juga saya mendengar mengenai banjir di kota Medan ini dari adik saya. Juga longsor yang terjadi di banyak titik di wilayah Sibolangit. Adik saya menceritakan rencananya ke wilayah ini terpaksa dibatalkan, sebab jalanan sudah tidak bisa dilewati.
"Mudah-mudahan banjir segera surut dan longsor teratasi."
Menurut Juli, gara-gara banjir ini dia tidak bisa ke mana-mana. Dari pada tidak ada kegiatan, lebih baik berkreasi di dapur, sesuai hobinya. Selain itu dia juga bisa mulai mempersiapkan keperluan Natal yang sebentar lagi hadir.
Waktu yang cocok, sekalian saja saya berbagi resep kue kering yang paling umum dijumpai saat Natal di Jerman.
Tulisan ini juga untuk memenuhi balasan komentar saya kepada kompasianer Yani Widaningsih. Pada artikel saya tentang "Adventskalender" mbak Yani menanyakan kue kering di Jerman.
Spitzbuben nama kue kering ini. Jika diterjemahkan, artinya adalah berandal.
Kenapa dinamakan spitzbuben? Konon lubang di tengah kue ini dianggap sebagai lubang untuk mengintip.
Kue ini dikenal juga dengan sebutan Johannes-Plätzchen (kue kering Johannes), dan sudah ada sejak abad ke-17 pada masa kelaparan akibat perang di Eropa.
Seorang ahli pembuat roti, Johannes von Redsburg membuat kue kering manis yang gampang dan cepat, disajikan dengan olesan selai. Kue-kue ini diberikan kepada orang-orang yang tidak memiliki makanan.