Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Erntedankfest, Pesta Panen di Jerman sebagai Rasa Syukur

Diperbarui: 7 Oktober 2020   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Festival panen - foto: tassilo/pixabay.com

"Benih yang tidak ditabur pada musim semi,
tidak bisa matang pada musim panas,
tidak akan dipanen pada musim gugur,
takbisa dinikmati pada musim dingin"
    (terjemahan bebas dari syair karya Johann Gottfried von Herder, 1744-1803)

Musim gugur yang indah dengan warna-warni dedaunannya adalah juga masa panen bagi petani. Saatnya menuai hasil bumi seperti labu, kentang, apel dan banyak jenis tanaman lainnya.

Selama manusia tergantung pada siklus alami pengadaan pangan untuk kelangsungan hidupnya, maka sepantasnya untuk menghaturkan rasa terima kasih kepada pemberi kehidupan. 

Sebagai bentuk rasa syukur atas hasil yang telah diperoleh, maka pesta panen digelar. Perayaan panen ini merupakan tradisi yang dikenal di berbagai budaya di dunia, termasuk juga di Indonesia.

Festival panen sudah dikenal sejak masa Yunani Kuno. Dulu, ritual ini biasanya dilakukan selama tiga hari, untuk menghormati Dewi Demeter*. 

Pada masa sebelum lahirnya Kekristenan, perayaan besar ini dilakukan dengan menyediakan sesajen, berupa penyembelihan hewan babi, angsa atau domba.

Ritual pesta panen ini di tiap wilayah dilakukan pada waktu yang berbeda, tergantung pada zona iklimnya. Di Eropa tengah, pada zaman Romawi ada empat jenis perayaan panen yang berbeda, perayaan pada musim gugur biasanya dilanjutkan dalam ritual Kristen. Sejak abad ke-3, perayaan syukuran setelah panen sudah dikenal umat Kristiani.

Pesta panen di Jerman

Erntedankfest** atau festival panen di Jerman biasanya dilakukan di Gereja. Sejak tahun 1972 dari hasil Konferensi Waligereja Jerman, Erntedankfest dirayakan pada hari Minggu pertama bulan Oktober setiap tahunnya.

Foto: blende12/pixabay.com

Hasil panen dan hiasan dari bunga, biji-bijian dan buah yang telah dikeringkan menghiasi altar gereja. Dekorasi berupa karangan bunga, mahkota dan lainnya dari jerami kering dipajang sebagai hiasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline