"Permisi Pak"
Dua orang siswa pengurus OSIS mengucapkan salam sambil mengetuk pintu kelas kami.
Mereka berbincang sebentar dengan Pak Yus, guru Matematika.
Lumayan, kami punya waktu beberapa menit untuk mengistirahatkan kepala dari soal-soal trigonometri.
Dua siswa dari kelas lain itu menyampaikan pengumuman singkat. Ternyata mereka hadir untuk mengumpulkan sumbangan. Ada seorang siswi dari kelas lain yang berpulang. Sakit, begitu berita yang kami dengar.
"Bim, nanti kalau kau yang meninggal, akan kusumbang yang banyak."
Lukas dan Bima yang duduk sebangku tertawa-tawa sambil menutup mulut. Takut Pak Yus mendengar mereka yang sedikit berisik.
Bima adalah cowok yang sedikit pendiam, tetapi sering melucu juga. Sementara Lukas selalu ceria dengan ocehan yang kadang konyol dan sedikit jail.
Aku duduk di bangku tepat di depan mereka. Kelakar Lukas membuatku tak bisa menahan tawa.
Mereka berdua teman baikku, terutama Lukas. Cowok terganteng di kelas yang menjadi rebutan cewek-cewek di sekolah kami.
Bahkan pesonanya bisa meluluhkan guru-guru wanita. Tidak pernah sekalipun ada guru yang menegur atau memarahinya, padahal dia tak luput dari kemalasan membuat pekerjaan rumah.