Selama saya belajar di sekolah hingga perguruan tinggi, saya hanya mempelajari Bahasa Indonesia dan Inggris saja. Oh iya, tambahan Bahasa Arab sedikit ketika belajar sore hari di Madrasah, tetapi sayangnya, saya sudah lupa sama sekali karena hanya belajar dasar-dasarnya saja.
Walaupun jauh dari sempurna, Bahasa Indonesia saya tidak jelek sekali. Dulu, sewaktu bekerja di Jakarta, bos saya sering meminta saya membuat surat resmi yang dikirimkan ke kantor pemerintah.
Iya, karena perusahaan tempat saya bekerja dulu adalah perusahaan asing, maka surat menyurat memang lebih banyak ditulis dalam Bahasa Inggris. Hampir semua, pegawainya lebih menguasai Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia, walaupun semua adalah orang Indonesia.
Saya senang-senang saja melakukan perintah dari atasan. Kapan lagi membuat surat resmi berbahasa Indonesia jika tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Di kemudian hari, di fase kehidupan berikutnya, saya mempelajari Bahasa Jerman, bahasa yang digunakan di negeri yang sekarang menjadi rumah saya.
Tak bisa dipungkiri bahwa Bahasa Jerman itu sangat rumit dan membingungkan, ditambah lagi dengan kata sandang pada setiap kata benda yang memiliki tiga "jenis kelamin". Kata sandang ini sebutannya dalam bahasa Jerman adalah Artikel.
Memang saya tidak akan membahas Bahasa Jerman, tidak juga membahas Bahasa Indonesia. Saya hanya ingin membahas komentar orang Indonesia yang sedang atau pernah belajar Bahasa Jerman.
"Bahasa Jerman itu sulit, rumit. Kalau Bahasa Indonesia itu gampang, kata kerja tidak berubah."
Kalimat seperti ini yang paling sering saya dengar dari beberapa orang Indonesia. Biasanya saya timpali bahwa Bahasa Indonesia itu terkesan lebih gampang karena kami lahir dan besar di Indonesia.
Memang betul, dalam Bahasa Indonesia, kata kerja (verba) tidak berubah mengikuti kata ganti orang (pronomina persona), baik itu tunggal maupun jamak. Tetapi cakupan Bahasa Indonesia tidak sesempit kata ganti orang dan kata kerja saja.