Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Belasungkawa yang Sulit untuk Diungkapkan

Diperbarui: 19 Juni 2020   03:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto:GoranH/pixabay.com

Siang itu saya sedang berjalan-jalan dengan seorang teman yang berasal dari satu negara di Afrika. Saya belum lama kembali dari Indonesia karena berpulangnya Ayah saya. (Sebelas tahun yang lalu)

Teman saya itu mengatakan, dia sengaja waktu itu hanya mengucapkan belasungkawa saja, tidak ingin berbicara lama-lama di telpon. Situasi waktu itu memang tidak memungkinkan, karena saya harus secepatnya terbang  ke Indonesia.

Dia bilang;

"Maaf, aku tak bicara banyak waktu itu. Apa yang bisa aku katakan selain mengucapkan belasungkawa, dan mendoakan yang terbaik?"

Ada benarnya ucapan teman saya itu. Beberapa hari lalu, seorang sepupu saya kehilangan suaminya. Saya mengucapkan belasungkawa pada sepupu saya tersebut, setelah membaca pesan di grup whatsapp saudara kandung.

Hanya ucapan dan doa saja yang saya sampaikan, setelah sepupu saya mengatakan kepergian suaminya itu tiba-tiba saja, tidak ada sakit sebelumnya.

Lantas saya tulis, akan menghubungi dia beberapa hari lagi.

Kenapa?

Saya kehabisan kata-kata. Tidak tahu mau bicara apa, di tengah kesedihannya dan sudah pasti ditambah kesibukannya saat itu. Walaupun saat pandemi ini diminta untuk tetap menjaga jarak dan menghindari keramaian, tidak mungkin suasana sepi di kediamannya.

Saya yakin, pasti setiap orang yang berjumpa sepupu saya akan mengajukan pertanyaan yang kurang lebih sama. Tentu saja dia akan menjawabnya satu persatu dalam balutan kesedihan dan tangis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline