Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

"The Act", Kasih Sayang Berlebihan Orangtua yang Fatal

Diperbarui: 28 Maret 2020   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: moviepilot.de

Menonton serial itu asyik karena lebih panjang ceritanya, tetapi ada tidak enaknya, karena sering ketika sedang asyik menonton tiba-tiba tayangan selesai, bersambung. Karena itu saya kurang suka mengikuti cerita seri, termasuk sinetron, kecuali seri tersebut tidak terlalu panjang. Drama Korea contohnya, saya hanya mengikuti satu cerita, tetapi saya lupa ada berapa episode. Kebetulan tidak terlalu panjang dan saya tidak harus penasaran menunggu episode yang baru. Kisah yang terlalu panjang, menurut pendapat saya, akan menjadikan serial tersebut membosankan dan dipaksakan.

Mengisi waktu luang yang lebih banyak di rumah selama masa "karantina" akibat coronavirus kali ini saya habiskan juga untuk melihat-lihat film lama. Ingin menonton film baru juga tidak mungkin ke pergi bioskop, karena di mana-mana terlihat seperti kota mati.

The Act

Film seri "The Act" ini ditayangkan dalam 8 episode. Difilmkan berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada tahun 2015 di Springfield, Missouri - Amerika Serikat. Kisah tentang seorang Ibu -- Dee Dee Blanchard -- dan  anak perempuannya, Gypsy Rose Blanchard.

Kisah diawali dengan laporan ke kepolisian Springfield - Missouri oleh tetangga di depan rumah Dee Dee dan Gypsy. Mereka mengkhawatikan Dee Dee dan Gypsy, setelah membaca status yang ditayangkan di Facebook ibu dan anak tersebut.

Dee Dee, seorang single parent yang dikenal para tetangga sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang. Ia merawat putri tunggalnya yang menderita berbagai penyakit parah dan duduk di kursi roda. Mereka hidup dari sumbangan para dermawan yang lebih dari cukup mereka terima.

Gypsy hanya sekolah hingga kelas dua, setelah itu ia belajar di rumah dengan diajar oleh ibunya. Ia tidak memiliki teman sama sekali. Alasan ibunya karena penyakitnya yang parah dikhawatirkan akan menyebabkan infeksi jika berhubungan dengan anak-anak lainnya.

Ibunya kemudian menyuruh Gypsy untuk menggunakan kursi roda dengan alasan ia mengalami Distrofi Otot -- kelainan otot yang ditandai dengan melemah dan memburuknya fungsi otot -- dan tidak bisa lagi berjalan. 

Dee Dee mengatakan kepada tetangganya bahwa Gypsy memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, menderita Leukemia, epilepsi dan mengalami kebotakan akibat kemoterapi. Setiap hari putrinya itu harus menelan berbagai pil, bahkan untuk makan harus dibantu dengan dipompa melalui selang yang terhubung ke perutnya. 

Pada tanggal 14 Juni 2015, polisi menemukan Dee Dee tewas ditikam di tempat tidurnya. Satu hari kemudian Gypsy, yang ternyata bisa berjalan normal, ditangkap bersama dengan pacarnya, Nicholas Godejohn, dengan tuduhan melakukan pembunuhan berencana.

Gypsy ingin membebaskan dirinya dari "penjara" yang telah dibangun oleh ibunya sendiri, tetapi tidak pernah berhasil. Ibunya selalu memperlakukannya seperti anak kecil. Hingga ia berkenalan dan jatuh cinta kepada Nicholas melalui situs perjodohan di internet. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline