Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Benarkah Liburan Tanpa Pasangan akan Menyehatkan Hubungan Cinta?

Diperbarui: 6 Januari 2020   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by ELEVATE from Pexels

Bepergian tanpa pasangan bukanlah hal yang sulit dilakukan jika kita belum terikat pernikahan. Tetapi bagaimana jika kita telah menikah, hidup bersama, ditambah lagi telah dikaruniai anak. Kebanyakan dari kita tentu mengutamakan pergi liburan bersama keluarga.

Seorang teman saya setiap tahunnya selalu pergi berlibur dengan teman-temannya semasa masih kuliah dulu. Sejak masih sendiri dan sekarang masing-masing telah memiliki keluarga sendiri. Mereka selalu pergi bersama tanpa membawa anak dan istri masing-masing.

Ia mengatakan, ada petualangan yang lebih gampang ia lakukan dengan teman-temannya. Jika membawa istri dan anak-anak, tentu mereka harus memikirkan kenyamanan anak dan istri mereka.

Salah seorang tetangga saya punya hobi mancing. Ia juga merupakan pengurus salah satu klub pancing di wilayah tempat kami. Setiap tahunnya mereka pergi memancing ke negara lain. Ke Norwegia contohnya, biasanya mereka pergi sekitar seminggu hingga 10 hari. Istrinya tidak suka kegiatan ini, dan tidak ingin ikut bergabung bersama suami dan teman-temannya. 

Begitu juga suami saya. Hampir setiap tahun ia pergi liburan main ski dengan teman-temannya. Awalnya memang ia menanyakan apakah saya keberatan. Tapi saya tidak punya alasan untuk tidak membolehkannya. Kegiatan yang sudah dilakukannya bertahun-tahun lalu sebelum kami saling mengenal.

Bagaimana dengan wanita? Bagi wanita yang masih memiliki anak kecil, kemungkinan harus menunggu hingga anak lebih mandiri.

Sebagai ibu tentu akan berat rasanya meninggalkan anak beberapa hari. Rasa khawatir pasti ada. Tetapi di rumah ada ayahnya, yang pasti bisa diandalkan untuk mengurus anak-anak.

Perjalanan pertama bisa direncanakan misalnya melewati akhir minggu saja. Sehingga suami tidak perlu terlalu lama mengambil jatah cuti kerjanya.

Satu kali dalam setahun, atau satu kali tiap dua tahun, terserah berapa seringnya, liburan bersama teman tanpa pasangan dan anak bisa dicoba.

Memberi ruang pada pasangan, untuk menikmati waktunya sendiri, bersenang-senang dengan teman-temannya.

Tetapi bagaimana bila pasangan berbeda keinginan dan pandangan. Satu menginginkan selalu bersama-sama kemanapun pergi, yang lainnya tidak. Pertengkaran bisa saja terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline