Sayang...
Aku mencintaimu sebagaimana adanya dirimu.
Itu tak berubah walau setiap hari aku menemukan cotton buds bekas mengorek kupingmu ada di mana-mana disusul omelanku, "Kenapa sih tidak bisa langsung buang ke tempat sampah?" Kau hanya tertawa geli.
Aku mencintai dirimu apa adanya.
Itu akan selalu aku punya untukmu meski perutmu tak kunjung mengempis.
Aku mencintai dirimu lebih dari yang kau tahu.
Telah bertahun aku membuktikan itu. Bukankah setiap malam kau mendengkur dan menyembur?
Sampai detik ini, aku tidak berhasil menemukan kunci nada apa itu.
Namun, tak apa. Aku sudah berdamai dengan bunyinya, tapi belum dengan semburannya. Aromanya itu, Sayang. Sungguh, lebih dari yang kau tahu.
Tak mungkin memakai masker. Tak ada karhutla di sini. Lagi pula, ini rumah tangga, bukan rumah sakit.
Kerap kau bertanya, "Ma, kok Mama tidurnya ke bawah gitu?"