Lihat ke Halaman Asli

Hennie Engglina

TERVERIFIKASI

Pelajar Hidup

Percaya Harapan dan Cinta

Diperbarui: 3 Februari 2019   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TitiekSandhora&MuchsinAlatas2018|IG@muchsintitiek_official

Di mana pun saya membaca atau mendengar kesatuan kata "percaya, harapan, dan cinta", saya pasti langsung teringat akan lagu Percaya Harapan dan Cinta yang dinyanyikan oleh Titiek Sandhora dan Muchsin Alatas. Lagu yang syairnya ditulis oleh E. Hassan ini dirilis pertama kali di tahun 1980.


Lirik Percaya Harapan dan Cinta:

  • Percaya, harapan, dan cinta. Rangkaian yang indah. Percaya, harapan, dan cinta menjadi satu.
  • [*] Percaya, harapan, dan cinta untuk semua. Percaya, harapan, dan cinta untuk kita pula.
  • [**] Saat pertemuan jangan kau abaikan. Buatlah kenangan manis dan berkesan.
  • Pabila kepedihan menggoda di hatimu. Cobalah kau berjalan hirup udara nyaman.
  • Hindarkan kepiluan. Tersenyumlah untukku. Semuanya pastilah seg'ra berlalu.
  • La la la la la ... [Jangan menambah pedih dengan khayalanmu. Ingatlah, mentari s'lalu 'kan bersinar lagi]
  • [*, **]

Saya suka dengan diksi yang menyatu ini, yakni "percaya", "harapan", "dan cinta". Menarik! Sebab, posisi kata 'cinta' diletakkan di belakang, yakni sesudah kata 'percaya' dan 'harapan'.

Entah apa persisnya pandangan E. Hassan, penyair lagu ini, hingga ia menaruh kata cinta di belakang kedua kata itu. Setidaknya, saya sependapat, bahwa dua hal itu, yakni percaya dan harapan, mendahului cinta manusia.

Tidak mungkin mencintai seseorang dengan sesungguhnya bila tidak percaya kepadanya. Rasa percaya timbul karena 'tahu' siapa dia, yakni mengenal dia, sudah mengalami kebersamaan dengan dia, serta sudah mengerti siapa dia dan bagaimana dia. Dari 'tahu' itu timbul keyakinan akan dia.

Saya tidak sependapat dengan pernyataan tentang adanya "cinta pada pandangan pertama". Menurut saya, itu hanya kerancuan memahami perasaan yang timbul pada saat itu. Yang ada ketika itu adalah rasa suka bukan langsung adalah cinta itu sendiri.

Setelah percaya karena mengenal, menjalani kebersamaan, mengerti, dan memahami akan dia, maka barulah ada 'harapan' di situ.

Pertama. Harapan yang diberikan oleh dia, baik dengan kata-kata maupun dalam keber-ada-an (kehadiran) dan perbuatan atau tindakan.

Kedua. Harapan yang ditaruh kepadanya. Rasa percaya menimbulkan harapan. Harapan akan apa yang disukai dan yang dipercaya ada dimiliki oleh dia membuat seseorang menaruh harap kepadanya.

Akan tetapi, tanpa dia memberikan harapan, harapan itu bisa timbul sepihak. Oleh sebab itu, ada yang namanya "cinta bertepuk sebelah tangan". Sebenarnya, bukan cinta yang bertepuk sebelah tangan, melainkan harapan yang bertepuk sebelah tangan sehingga tak ada cinta darinya.

Dengan demikian, cinta itu akan bertaut ketika kedua belah pihak memiliki rasa percaya dan sama-sama memberi harapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline