Uang adalah benda mati. Manusialah yang membuat benda mati menjadi ada artinya, ada gunanya, ada fungsinya, ada nilainya, dan ada harganya. Benda mati tidak punya arti apa-apa hingga manusia memfungsikannya.
Tanpa manusia, uang tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa manusia, uang sama sekali tidak berguna. Tanpa manusia, uang hanyalah tumpukan kertas yang tidak bernilai apa-apa.
Lalu, bagaimana uang dan harta kekayaan yang adalah benda-benda mati itu bisa mengatur hidup pemiliknya bila benda-benda itu tidak dapat mengatur dirinya sendiri? Bagaimana uang dapat memastikan hidup manusia sementara dia sendiri tidak punya hidup?
Bagaimana uang bisa memperpanjang hidup manusia sementara ia sendiri tidak punya nafas? Dan, bagaimana mungkin manusia bergantung kepada uang sedangkan uang justru bergantung kepada manusia?
Tak beda dengan manusia menggantungkan dirinya pada sebilah lidi. Lidi patah, manusia jatuh. Demikianlah banyak manusia menggantungkan dirinya pada uang dan jatuh.
Jatuh ke dalam kesombongan dan kecongkakan. Jatuh ke dalam kekuatiran, kecemasan, dan ketakutan. Jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Jatuh ke dalam berbagai pelanggaran dan dosa.
Fakta bahwa uang adalah benda mati kemudian menjadi terbalik. Manusia menjadi seperti benda mati yang tak dapat bergerak tanpa uang. Uanglah yang menggerakan manusia. Uang telah menjadi penggerak roda kehidupan di dunia.
Uang seolah menjadi nafas kedua manusia sebab segala yang diperlukan guna kelangsungan hidup manusia di dunia memerlukan uang. Tanpa uang manusia tak bisa makan. Tanpa uang manusia tak berpakaian, tak berumah, tak punya apa-apa.
Kehidupan harus ditukar dengan uang. Ada uang, ada kehidupan. Uang sukses meyakinkan manusia, bahwa padanyalah ada jaminan kelangsungan, kesejahteraan, dan kenyamanan hidup manusia.
Oleh sebab itu, mencari dan mengumpulkan uang menjadi tujuan manusia. Dengan memiliki uang sebanyak-banyaknya manusia meyakini hidupnya akan senang, aman, dan terjamin.
Manusia begitu percaya ia akan baik-baik saja dengan uang dan karena uangnya. Ia mengira uangnya bisa mempertahankan senyuman di bibirnya. Ia menyangka uangnya bisa mencegahnya dari air mata, kesakitan, dan kematian.