"Ini salah saya", sambil telapak tangannya menepuk lembut dadanya. Seisi ruangan terdiam memandang ke arah papi yang tampak serius.
Seperti biasa ketika jam besuk tiba, ruangan di mana mami dirawat ramai dikunjungi keluarga maupun jemaat. Mami saat itu baru selesai menjalani operasi pengangkatan payudara sebelah kiri karena kanker.
Jam besuk kali itu dipenuhi oleh para bapak dari Pria Kaum Bapak (PKB) gereja. Di sela bercakap ini dan itu diringi canda dan tawa, tiba-tiba Papi meminta waktu untuk berbicara.
"Ini salah saya. Sudah lama saya tidak pernah lagi pegang payudara maminya Diana - [nama kakak saya]. Jadi ini peringatan buat bapak-bapak, jangan sampai lupa pegang payudara isteri-isteri tercinta. Coba kalau saya ada pegang, pasti raba ada benjolan di situ. Tapi karena sudah tidak pernah pegang, akhirnya sudah parah baru tahu. Jadinya seperti ini".
Ruangan yang tadinya sunyi seketika pecah dengan tawa. Pengakuan papi disambut dengan cerita pribadi dan candaan yang menambah ceria kunjungan di sore itu.
Kisah nyata ini sama nyatanya bahwa papi dan mami telah lama tiada. Mereka sudah tenang dalam keabadian. Namun, paling sedikit ada dua catatan yang ditinggalkan dari candaan papi ini:
Pertama. Walau bercanda, namun adalah benar bahwa para suami kiranya tidak abai memeriksa kondisi payudara isteri, juga para ibu terhadap anak gadisnya.
Sebab, perempuan yang mendapati benjolan pada payudaranya terkadang mendiamkan hal itu, seperti mami Penulis. Telah lama mami merasakan ada benjolan, tetapi mami tidak pernah menyampaikan hal itu kepada orang lain.
Suami adalah orang yang paling bisa mengetahui hal itu. Hal yang sama juga seharusnya dilakukan para ibu terhadap anak gadisnya. Memeriksa kondisi payudara ikut membantu deteksi dini akan penyakit ini.
Kedua. Tidak semua orang mampu mengakui kesalahan di hadapan orang banyak. Contoh gres dilakukan oleh Ratna Sarumpaet (RS). Banyak orang menghujat RS tapi tidak punya keberanian yang sama untuk mengakui kesalahan apalagi di hadapan orang banyak.
Lihat saja para koruptor, yang sudah tertangkap tangan, telah terbukti bersalah, dan dipenjarakan, tetapi tetap saja berkata, "Saya tidak tahu" atau "Saya dizalimi".