Lihat ke Halaman Asli

Hennie Engglina

TERVERIFIKASI

Pelajar Hidup

Butir-butir Pasir di Laut

Diperbarui: 29 Januari 2019   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

radiophilips70-an

Mencari gambar radio transistor tahun 70-an dan menemukannya apalagi persis sama dengan yang kami miliki dulu, rasanya senang sekali, tetapi pada saat yang sama sedih pula, karena itu mengingatkan akan kedua orangtua yang sudah berpulang kepada-Nya.

Sejak telinga saya bisa mendengar dan mengerti, pukul lima pagi radio ini sudah berbunyi dengan siaran berita Radio ABC Australia. Setelah itu siaran Radio Republik Indonesia (RRI). Sore hari atau malam hari siaran berita BBC Inggris.

Siaran berita menjadi yang utama pilihan papi, selanjutnya adalah sandiwara radio. Setahu saya, awalnya adalah Butir-butir Pasir di Laut. Dalam perkembangannya ada sandiwara Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi dengan suara mengerikan dari tokoh Ma'lampir, Saur Sepuh, Nini Pelet, Satria Madangkala, dll.

Sandiwara radio tahun 70 s/d 80-an ini mulai disiarkan pada tanggal 22 Februari 1972. Selama 15 tahun Butir-butir Pasir di Laut menjadi sandiwara yang ditunggu setiap hari. Karya besar yang ditulis oleh Eddy Basrul Intan dengan 5.700 episode ini disutradarai oleh John Simamora.

i.ytimg_johnsimamora

Pada tanggal 4 Agustus 1984 Butir-butir Pasir di Laut mendapatkan penghargaan dari Lembaga Kependudukan Dunia di Meksiko sebagai sandiwara terbaik tingkat dunia.

images1.rri.co.id

"for its generous contributions to technical corporation with other developing for the strengthening of population and family planning communication and with the ultimate objective of reducing excessive population growth and creating a better life for all the world's people."

Keren, ya. Sandiwara ini memang bekerja sama dengan BKKBN terkait Program Keluarga Berencana saat itu: 2 anak saja cukup. Seperti itu.

Pemain sandiwara ini adalah karyawan RRI sendiri seperti Olan Sitompul, Benny Hasyim, Arif Rustam, Hasti Askasari, Ning Suseno dan Mariati. 

encrypted-tbn0.gstatic

"Honornya tidak begitu besar, hanya sekitar Rp 2000 – Rp 4000. Untunglah rekaman biasanya dilakukan sesudah pukul 12.00 masih dalam jam kerja, jadi tidak memberatkan karyawan yang ikut terlibat". Sebagai sutradara, John mendapat honor Rp 10 ribu sekali siaran. Sebesar itu pula yang diterima oleh pengarang naskah. Tidak semua sandiwara yang direkam lancar. “Setelah rekaman, saya dengarkan lagi. Kalau saya anggap tidak baik, tidak jadi disiarkan,” ujarnya tenang". - Sumber: 3

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline