Ini bukan kiasan tetapi puasa dalam arti sebenarnya.
Jika puasa umumnya dilakukan untuk menahan diri dari makanan dan minuman, maka Puasa Bicara adalah menahan diri dari bicara; mencegah mulut dari mengeluarkan bunyi dalam bentuk apapun; berpantang bicara mulai dari waktu penetapan puasa dimulai hingga waktu berpuasa itu ditetapkan selesai.
Bukan untuk pribadi saja, tetapi penetapan Puasa Bicara ini saya terapkan pula pada calon-calon pemimpin gereja pada sesi akhir pembinaan yang harus dilalui sebelum mereka diteguhkan atau dilantik menjadi pejabat atau pengurus gerejawi.
Mengapa saya menerapkan Puasa Bicara kepada calon-calon pemimpin? Sebab, seorang pemimpin harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Seorang pemimpin dipilih untuk pertama-tama mendengar, bukan pertama-tama didengar.
Apalagi sebagai pemimpin di gereja, konsep pemimpin bukanlah 'tuan' melainkan 'hamba'. Menaruh diri lebih mendengar dari bicara harus menjadi karakter kasih seorang beriman, apalagi seorang pemimpin umat.
Tidak semua manusia berkepribadian pendiam dimana 'diam'-nya itu stabil atau bersifat menetap. Juga tidak semua manusia berkarakter pendiam dimana 'diam'-nya itu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Semua orang bisa menciptakan karakter pendiam pada dirinya dengan melatih diri tahu situasi dan kondisi di mana ia harus bicara dan kapan ia harus berdiam diri. Puasa bicara bisa menjadi salah satu bentuk pelatihan diri untuk memiliki karakter pendiam.
Namun, maksud utama dari Puasa Bicara bukanlah hanya untuk memiliki karakter pendiam di diri kita. Lebih dari sekadar punya karakter pendiam, Puasa Bicara adalah upaya pelatihan diri anak manusia untuk membentuk karakter iman dan karakter kasih yang teruji di dirinya.
Iman terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan, kasih terkait dengan hubungan manusia dan manusia. Puasa Bicara bukan saja mengajari diri menghargai Tuhan, tetapi juga menghargai sesama manusia!
Sebab, ketika seseorang berpuasa bicara, ia tidak diharuskan diam untuk hanya mendengar suara Tuhan, tetapi pada saat yang sama ia juga diharuskan diam untuk hanya mendengar suara sesamanya manusia, bahkan lebih luas mendengar suara alam semesta.
Puasa Bicara melatih diri untuk menghargai semua manusia tanpa terkecuali. Tidak membesarkan siapapun dan tidak mengecilkan siapapun. Semua sama didengarkan. Semua sama dihargai. Sebab, jika kita mengasihi Tuhan, kita pasti mengasihi sesama manusia dan semua karya ciptaan-Nya lainnya.