Lihat ke Halaman Asli

Model Informasi dan Edukasi Pemahaman Ibu tentang Nutrisi bagi Balita Stunting di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember

Diperbarui: 22 Juli 2024   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Foto : kegiatan pengabdian masyarakat didesa panduman kecamatan jelbuk

             Suatu kondisi yang disebut stunting dari rata-rata usia dan jenis kelaminnya, maka ia mengalami stunting. Survei antropometri terhadap tinggi badan seseorang mengungkapkan status gizinya. Malnutrisi jangka panjang (kronis) ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan.(1). Tahun 2023 turun menjadi 21,6 %. Angka prevalensi stunting di propinsi Jawa Timur Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensinya sebesar 19,2% pada tahun 2022, angka ini berada di bawah WH0 yang sebesar 20%. Menurut SSGI, 34,9% anak di Kabupaten Jember masih akan mengalami stunting pada tahun 2022. Pada tahun 2022, 34,9% balita di Kabupaten Jember akan mengalami stunting sehingga menjadi wilayah Jawa Timur dengan prevalensi tertinggi. Persentase tersebut lebih tinggi 11 poin dibandingkan prevalensi balita stunting di wilayah tersebut pada tahun 2021 yang sebesar 23,9%.Adapun data Dari hasil penimbangan balita pada bulan Februari 2023 puskesmas dengan prevalensi stunting diatas 10 persen sebanyak 11 Puskesmas salah satunya Puskesmas Jelbuk (17,55 persen).               

Karena balita stunting dapat menghambat perkembangan mental dan fisiknya, sehingga memerlukan perawatan khusus. Stunting telah dikaitkan dengan risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi serta perkembangan motorik dan mental yang lebih lambat. Karena seseorang yang bertubuh pendek juga memiliki berat badan ideal yang rendah, maka penghambatan dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas. BMI seseorang masih bisa naik di atas kisaran normal meski berat badannya hanya naik beberapa kilogram. Demikian pula, anak-anak yang mengalami hambatan cenderung menjadi sakit dan mengembangkan infeksi degeneratif ketika mereka dewasa. (1).

Gizi buruk pada saat hamil dan saat melahirkan merupakan penyebab terjadinya stunting, namun stunting baru terjadi pada anak pada usia dua tahun. Kurangnya akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan seperti antenatal care (ANC) serta ketidaktahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, selama, dan setelah kehamilan merupakan faktor penyebab terjadinya kehamilan dan berkontribusi terhadap stunting pada anak dibawah usia lima tahun. Pasalnya, makanan sehat di Indonesia harganya mahal. (1) Pola asuh yang buruk, khususnya pemberian makanan eksklusif dan ASI eksklusif, berkontribusi signifikan terhadap permasalahan gizi buruk pada anak di bawah usia lima tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua dan kurangnya perhatian orang tua terhadap kebutuhan gizi balita.(3)

Gaya pengasuhan memegang peranan penting dalam menjamin tumbuh kembang anak yang ideal. Pola asuh orang tua merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya stunting, padahal pola asuh orang tua dapat menjadi penyebab tidak langsung terjadinya stunting jika tidak diterapkan dengan benar (3). Dalam membesarkan balita, hal utama yang harus dilakukan adalah mendidik dan mengasuh balita agar menjadi anak yang baik. Karena ibu mengontrol asupan makanan balita, maka pola asuh ibu turut berkontribusi terhadap kejadian stunting pada balita. Status gizi balita yang lahir dari ibu yang pola asuhnya baik biasanya akan lebih tinggi dibandingkan balita yang lahir dari ibu yang pola asuhnya buruk (4). Kemungkinan terjadinya stunting berkorelasi dengan pola asuh ibu. Responden sering kali tidak memiliki kemampuan finansial untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan pesan gizi seimbang, sehingga berkontribusi terhadap praktik pengasuhan yang buruk. Selain itu, sebagian besar ibu belum mengetahui cara membesarkan anak yang baik dan tepat. Akibatnya, mereka membiarkan anaknya menolak makan sesuai porsi yang telah direncanakan sehingga menyebabkan mereka terbiasa ngemil minuman manis dan jajanan(4). Kemampuan seorang ibu dalam memberikan waktu, perhatian, dan dukungan kepada bayinya agar dapat tumbuh secara fisik, intelektual, dan sosial dianggap sebagai perawatan ibu (2). Berdasarkan hasil survey Pendahuluan di Desa panduman adalah desa yang terletak diwilayah kerja Puskesmas Jelbuk kecamatan jelbuk kabupaten jember terdapat sasaran Balita 489 yang mengalami Stunting  92 Balita. Dengan jumlah Pos Pelayanan Terpadu 9 Pos, menyebar di semua dusun yang ada di desa Panduman.

Tinggi badan balita adalah indikator penting dari pertumbuhan dan kesehatan anak. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan memainkan peran penting dalam pertumbuhan anak. Kurangnya asupan gizi, terutama protein dan mikronutrien, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan menyebabkan stunting pada anak.[10] Masyarakat sering kali tidak menyadari bahwa tinggi badan anak mereka berada di bawah standar, karena persepsi mereka terhadap pertumbuhan anak bisa dipengaruhi oleh tinggi badan orang tua mereka pada masa kecil. Hal ini dapat menyebabkan ketidaktahuan terhadap masalah stunting pada balita, yang sebenarnya memerlukan perhatian lebih dalam aspek gizi dan perawatan.[11]

        Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dia punya kesempatan untuk merawat putra putrinya dirumah. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua balita berpendidikan SMA (56%) . Apabila seorang gadis bisa sampai lulus SMA merupakan keberhasilan yang luar biasa bagi orang tuanya, karena dengan begitu mereka bisa melamar pekerjaan di PTP gudang tembakau yang ada di wilayah kami. Ketika ibu ibunya bekerja mereka menyerahkan perawatan bayinya kepada neneknya. Ibu yang bekerja memiliki lebih sedikit kesempatan untuk benar-benar fokus pada anak-anaknya dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Sehingga akan mempengaruhi sifat pengasuhan anak dan dengan demikian mempengaruhi status sehat anak tersebut. Kebutuhan pangan dan gizi anak seringkali diabaikan oleh ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga malam. Menu makan sehari hari seharusnya dibuat menarik dan setiap ganti menu agar tidak membosankan bagi anak.

            Setelah mendapatkan intervensi baby spa dan pemberian susu, tinggi badan balita stunting menunjukkan peningkatan yang signifikan. Yaitu penambahan rata-rata Tinggi Badan Balita intervensi 0,5 cm dan penambahan rata-rata Tinggi Badan balita control 0,1cm. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami peningkatan tinggi badan setelah periode intervensi yang diberikan. Meskipun masyarakat cenderung lebih memperhatikan penambahan berat badan daripada tinggi badan anak, peningkatan tinggi badan setelah intervensi ini menunjukkan efektivitas perawatan baby spa dan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat dalam mendukung pertumbuhan balita.[12]

Baby Spa adalah bentuk pijet untuk menyehatkan anak, persepsi ini sudah merupakan hal diakui dan dipercayai oleh semua orang sejak dulu. Ini termasuk memegang, memberikan tekanan, dan menggerak gerakkan anggota tubuh bayi. Tujuannya untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan yang lebih baik. Manfaat susu yang dikonsumsi oleh balita setiap hari akan lebih maksimal manfaatnya ketika dilakukan baby Spa ini. Pada umumnya masyarakat rutin memijatkan bayinya setiap minggu, mereka sudah sadar dan mempercayai bahwa pijet bayi banyak manfaatnya. Setiap kali bayi pulang dari pijet biasanya langsung tidur. Setelah bangun langsung minta makan karena merasa lapar.

Efektivitas intervensi ini menegaskan pentingnya perawatan yang holistik dalam mengatasi masalah stunting. Pendidikan kepada orang tua juga penting agar mereka lebih sadar akan pentingnya perawatan yang komprehensif untuk memaksimalkan pertumbuhan anak. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan orang tua mengenai manfaat baby spa dan susu dapat membantu memastikan bahwa intervensi ini diterapkan secara konsisten dan efektif. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan lembaga kesehatan dalam menyediakan akses yang lebih luas terhadap layanan baby spa dan program pemberian susu sangat diperlukan untuk memperluas dampak positif dari intervensi ini. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan multi-aspek yang menggabungkan stimulasi fisik dan nutrisi dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi stunting dan mendukung pertumbuhan optimal pada balita.

KESIMPULAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline