Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau terhadap Penurunan Dismenore pada Remaja di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Tanggul

Diperbarui: 28 Juni 2024   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pondok

Pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan         Dismenore  Pada Remaja Di Pondok Pesantren 

Raudlatul Ulum Tanggul

pesantren raudlatul ulum tanggul


Heni Purwanti1*

1Program Studi Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas dr. Soebandi, email info@uds.ac.id

*Korespondensi Penulis : henipurwanti418@gmail.com

 

Abstrak

Latar Belakang:  Dismenore merupakan rasa nyeri atau ketidaknyamanan sepanjang siklus menstruasi. Keluhan disminore merupakan keluhan normal pada perempuan saat mengalami menstruasi. Angka kejadian dismenore yang terjadi di dunia cukup tinggi, Dimana besar rata-rata lebih dari 50 %. Sementara itu, di Indonesia remaja yang mengalami dismenore sejumlah 64,25%. Nyeri dismenore dapat diatasi dengan terapi non farmakologis, salah satunya ialah pemberian terapi air kelapa hijau. Dimana terapi ini merangsang tubuh untuk menstabilkan produksi hormon prostaglandin pada saat menstruasi kemudian dapat memblokir aksi prostaglandin pada hiperkontraksi uterus sehingga dismenore bisa berkurang.            Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan dismenore pada remaja di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Tanggul. Metode: Metode menggunakan studi lapangan langsung. Populasi sebanyak 70 remaja dengan sampel 41 remaja menggunakan teknik simple random sampling. Hasil pengabdian masyarakat ada pengaruh pemberian air kelapa hijau  terhadap penurunan dismenore pada remaja di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Tanggul. Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian air kelapa hijau terhadap penurunan dismenore pada remaja di pondok pesantren raudlatul ulum tanggul. Saran : Diharapkan setiap remaja yang mengalami dismenore mengkonsumsi air kelapa hijau dengan dosis magnesium 300 mg sehingga dismenore yang dirasakan berkurang. 

Kata Kunci: Air Kelapa Hijau; Dismenore; Remaja

 PENDAHULUAN 

  • Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada umur 11-20 tahun. Pada masa peralihan tersebut individu matang secara fisiologik, mental, emosional dan social. Pada masa peralihan seorang wanita akan mengalami menstruasi. Berbagai masalah yang timbul pada menstruasi merupakan masalah ginekologi yang sering dikeluhkan oleh remaja, salah satunya yaitu dismenore (Sandra Handayani et al., 2020). Dismenore disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri (Sinaga et al., 2017).
  • World Health Organization (WHO) tahun 2021 Angka kejadian berdasarkan kejadian dismenore adalah 1.769.425 (90%) wanita yang menderita dismenore, dengan 10-16% menderita dismenore berat. Angka kejadian dismenore di dunia sangat tinggi. Besar rata-rata lebih dari 50% wanita menderita karenanya. Di Indonesia tahun 2021 angka kejadian dismenore adalah 64,25%, terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Sartika and Nurmalita, 2023). Sedangkan, di Jawa Timur angka kejadian dismenore berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) Provinsi Jawa Timur tahun 2021 ditemukan sekitar 4.653 remaja mengalami dismenore. Angka kejadian dismenore primer sebanyak 4.297 (90,25%) dan yang lainnya mengalami dismenore sekunder sebanyak 365 orang (9,75). Sekitar 70-90% remaja yang mengalami nyeri menstruasi atau dismenore akan terpengaruh aktivitas akademis, sosial dan olahraga (Meinawati and Malatuzzulfa, 2021). Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah remaja Kabupaten Jember pada tahun 2021 pada usia 15-19 tahun berjumlah 95.973 jiwa dan usia 20-24 tahun berjumlah 98 --104 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan 54,98% remaja putri memiliki keluhan saat haid yakni dismenore (Natasya Divani, 2023). Menurut studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Tanggul mayoritas remaja yang mengalami dismenore sebanyak 62 remaja (87 %) dan tidak mengalami dismenore sebanyak 8 remaja (13 %).
  • Penyebab dismenore adalah terjadinya kontraksi yang kuat atau lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang cenderung tinggi dan perlebaran leher rahim saat mengeluarkan darah haid dan terjadinya kontraksi miometrium yang terlalu kuat saat mengeluarkan darah haid (peluruhan lapisan endometrium uteri, bekuan darah (stolsel), sel sel epitel dan stoma dari dinding uterus dan vagina serta cairan dan lendir dari dinding uterus, vagina dan vulva) sehingga menyebabkan ketegangan otot saat berkontraksi dan terjadilah nyeri saat menstruasi. Dismenore memiliki dampak tidak baik pada kehidupan remaja, dismenore dapat mengakibatkan aktivitas terganggu, prestasi akademik lebih rendah, mengganggu kinerja dan kualitas tidur, berdampak negatif pada mood, serta menyebabkan kegelisahan dan depresi. Selain itu remaja putri yang mengalami dismenorea akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar disekolah (Rumanti, Yanniarti and Sri Rahayu, 2022).
  • Penanganan dismenore dapat dilakukan secara farmakologis maupun non-farmakologis. Dalam mengurangi rasanya nyeri banyak cara yang telah dilakukan untuk penanggulangan dismenore di kalangan remaja putri, salah satunya ialah dengan tindakan non farmakologi baik cara tradisional dan pemberian obat. Selain itu dibutuhkan pendidikan kesehatan kepada remaja putri untuk penanganan dismenore, didasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa didapatinya suatu pengaruh pendidikan kesehatan atas tingkat pengetahuan remaja putri, hal ini terbukti dari data penelitian terkait mengenai pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai dismenore dan penanganannya secara non farmakologi untuk mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri. Penanganan dismenore secara farmakologis sering kali kurang diminati oleh remaja. Sebaliknya, penanganan secara non farmakologis sering diminati karena caranya yang mudah dan tidak memerlukan banyak alat dalam mempraktekkannya (Handayani, Putri and Nurita, 2022). Dengan demikian tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah untuk diketahuinya pengaruh Pemberian Air Kelapa Hijau Terhadap Penurunan Dismenore pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Tanggul"
  • METODE

    Jenis pengabdian masyarakat terjun langsung kelapangan pada tanggal 28 Februari 2024 sampai 27 maret 2024. Populasi pada penelitian sebanyak 70 remaja dengan sampel 41 remaja. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Pemberian terapi air kelapa hijau diberikan selama 2 hari dengan dosis perhari 300 mg magnesium yaitu diberikan saat pertama kali menstruasi dan mengalami dismenore.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline