Lihat ke Halaman Asli

Ronda Sahur, Tradisi Unik yang Kini Terusik

Diperbarui: 1 Mei 2021   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto : blorakab.go.id

Sahur......sahur......sahur.....sahur........Sekelompok warga yang terdiri dari para bapak, pemuda, dan bahkan anak-anak berjalan mengelilingi kampung dengan memainkan kentongan, alat dapur, atau apa saja yang bisa digunakan sebagai alat musik. Tradisi yang dikenal dengan nama ronda sahur ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia memasuki bulan Ramadan. 

Kegiatan ini bertujuan untuk membangunkan sahur bagi umat muslim yang akan menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Selain ronda sahur, kegiatan membangunkan sahur ini juga kadang dilakukan melalui speaker masjid atau musala. Bunyi riuh irama musik yang berasal dari kentongan hingga alat dapur seakan memberikan energi tersendiri bagi para perempuan agar segera bangun dan menyiapkan makan sahur.

Baru-baru ini saya sedikit heran ketika melihat berita tentang adanya seorang artis yang memprotes kegiatan ronda sahur yang diadakan di lingkungan tempat tinggalnya. Dia berpendapat bahwa ronda sahur ini mengganggu kenyaman warga masyarakat lain di pagi hari. Masih banyak cara yang lebih toleran dalam membangunkan sahur, mengingat kita hidup di lingkungan masyarakat yang beragam. Secara garis besar, mungkin itu ungkapan keberatan yang disampaikan oleh artis tadi. 

Sebagai muslim, saya merasa terkejut karena sebuah tradisi yang saya kenal sejak kecil dan biasa dilakukan ketika Ramadan, dianggap sebagai tindakan yang kurang toleran bagi sebagian masyarakat yang lain. Saya tidak ingin membahas masalah toleran karena setiap orang memiliki definisi toleransi beragam sesuai dengan latar belakang agama, pendidikan, lingkungan, dan sejenisnya. 

Logikanya, karena saya muslim, tentu saya akan beranggapan bahwa ronda sahur itu sangat berkesan. Hanya sekali dalam setahun dilakukan. Itupun ketika memasuki bulan Ramadan yang selalu dirindukan umat Islam. Namun, apabila saya seorang non muslim, mungkin saya akan memiliki pendapat yang berbeda lagi dari sebelumnya. 

"Apakah tidak ada cara lain untuk membangunkan orang makan sahur ?" Saya tergelitik mendengar pertanyaan ini. Apalagi muncul dari saudara yang seiman. Jaman teknologi sudah canggih, siapapun bisa menyalakan alarm handphone agar tidak terlambat makan sahur. Namun saya memiliki pandangan tersendiri terhadap kegiatan ronda sahur. Tentunya dari aspek positif yang dapat kita peroleh. 

Bagi saya pribadi, kegiatan ronda sahur bukan hanya sekedar beramai-ramai membuat suara gaduh untuk membangunkan orang. Sebelas bulan, mungkin kita sudah terlalu sibuk dengan kegiatan rutinitas hingga tidak ada waktu mengenal atau bergaul dengan para tetangga.  Momen ini sangat tepat jika digunakan untuk membangun rasa kebersamaan dan kekeluargaan antar warga. 

Melihat dan mendengar alat kentongan yang dipukul menjadi irama musik yang menarik bisa jadi menjadi hal yang baru bagi anak-anak muda sekarang. Bermain musik dapat menjadi sarana yang menghibur baik untuk diri sendiri atau orang lain. Saya sering mendengar dengan kompaknya para muda membuat lirik lagu yang kreatif ketika mereka melakukan ronda sahur. 

Dengan mengenal tetangga, muncul rasa peduli kepada mereka. Momen ronda sahur bisa dijadikan sebagai sarana untuk berbagi kepada tetangga kita. Mengajak mereka untuk makan sahur bersama secara suka rela akan membuat hati bahagia dalam keceriaan dan kebersamaan. Jika dilakukan secara pribadi terasa berat maka kita dapat saling berkoordinasi dengan warga yang lain agar lebih ringan. Mungkin itu beberapa hikmah yang dapat kita petik dari kegiatan ronda sahur.

Perkembangan teknologi dan informasi boleh setinggi langit. Setiap orang berhak untuk  memberikan pendapatnya atau melakukan semua hajat hidupnya tanpa merasa ada gangguan dari orang-orang sekitar. Namun sikap kekeluargaan dan kegotong-royongan dalam masyarakat sebagai ciri khas bangsa Indonesia tetap menjadi prioritas yang utama. 

Secara umum, saya mendukung kegiatan ronda sahur asalkan dilakukan secara santun. Atur volume suara dan buat irama lagu yang enak di dengarkan. Jika melewati tetangga yang memiliki bayi maka bunyi dihentikan dulu. Jika melewati tetangga yang beragama lain maka sapalah dan ucapakan permisi karena telah mengganggu kenyamanan tidur. Jika saudara yang non muslim mau bergabung, ajaklah ronda sahur dan makan juga. Karena tujuan terpenting di sini adalah demi kebersamaan dan kenyamanan seluruh warga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline