Lihat ke Halaman Asli

Golkar, Ketum Turun, Mesin Politik Jalan Terus?

Diperbarui: 12 Agustus 2024   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RM.ID

Kabar dari arena politik Partai Golkar kembali memanas, namun kali ini tidak dengan riuh tepuk tangan, melainkan dengan angin segar yang membawa kabar bahwa Airlangga Hartarto, sang nakhoda kapal besar beringin, memutuskan untuk menepi. Ya, mungkin di tengah riuh rendah politik nasional, Airlangga memutuskan sudah saatnya menggantung jubah kuningnya. Pengunduran dirinya diumumkan pada 10 Agustus 2024, membuat banyak orang bertanya-tanya, "Ada apa gerangan?" Seperti biasa, alasan di balik pengunduran ini masih terselubung kabut misteri---dan mungkin sedikit drama.

Airlangga, meski sudah menyatakan mundur, tetap *nongkrong* di posisi ketum secara *de facto*. Jadi, meskipun surat pengunduran sudah diserahkan, secara teknis dia masih duduk di singgasana kekuasaan Golkar. Ini ibarat mengundurkan diri dari klub olahraga tapi tetap pakai kaus klub ke mana-mana. Lalu, bagaimana reaksi partai? Wakil-wakil ketua partai bergegas menyampaikan bahwa meski ketum sedang "dalam proses," mesin partai tetap berjalan. Tidak ada yang boleh panik, Golkar tetap siap mengarungi gelombang Pilkada 2024. Tentu saja, ini membuat kita bertanya-tanya: apakah kapal ini benar-benar siap berlayar tanpa nahkoda yang jelas?

Di balik kegaduhan ini, nama-nama pengganti mulai beredar. Seperti lelang jabatan di era digital, banyak yang menebak siapa yang akan menduduki kursi panas ketum berikutnya. Agus Gumiwang Kartasasmita dan Bambang Soesatyo adalah dua di antara nama yang muncul sebagai kandidat kuat. Dengan dua pilihan ini, mungkin Golkar tengah menimbang-nimbang, siapa yang punya formula rahasia untuk membawa partai ke masa depan yang lebih cerah. Namun, jika mengingat sejarah politik Golkar, pergantian ketum biasanya diwarnai intrik yang tidak kalah seru dibanding drama TV prime time.

Kita semua tahu, Partai Golkar bukan partai kemarin sore. Punya sejarah panjang yang berkelok-kelok, Golkar pernah menjadi raksasa yang tak terkalahkan, tapi juga pernah terseok-seok di tengah persaingan politik yang semakin sengit. Maka, siapa pun yang akan mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan, punya tugas berat untuk memastikan partai ini tetap relevan dan berdaya saing di kancah politik nasional. Namun, dengan situasi yang sedang goyah ini, muncul kekhawatiran apakah Golkar bisa tetap solid menghadapi Pilkada 2024, terutama dengan persiapan yang seharusnya sudah matang sejak dini.

Tentu, di tengah semua ini, kita tidak bisa mengabaikan dampak dari pengunduran diri ini terhadap peta politik nasional. Sebagai partai yang punya pengaruh signifikan, siapa yang memimpin Golkar bisa jadi penentu arah koalisi besar di Pilkada nanti. Dan bukan tidak mungkin, pergantian ini membuka peluang bagi pihak-pihak lain untuk mengukir sejarah baru di pentas politik. Jadi, bukan hanya kader Golkar, tetapi juga partai-partai lain yang pasti akan mengamati setiap gerak dari pergantian kepemimpinan ini dengan saksama.

Tapi jangan lupa, ini juga saat yang kritis bagi para calon kepala daerah yang mengandalkan dukungan Golkar. Dengan situasi yang masih cair ini, mereka pasti berharap kepemimpinan baru bisa segera diputuskan, agar kampanye bisa berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti. Seperti yang disampaikan Wakil Ketua Umum Golkar, meski terjadi pergantian di pucuk pimpinan, para calon kepala daerah yang diusung Golkar tidak perlu khawatir. Mesin partai, katanya, akan tetap mendukung penuh mereka dalam Pilkada 2024.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam politik, janji manis belum tentu diiringi dengan kenyataan yang sama. Tanpa kepemimpinan yang kuat dan jelas, ada kemungkinan bahwa persiapan Pilkada bisa terganggu. Dan ini tentu menjadi pertaruhan besar bagi Golkar, yang reputasinya sebagai partai kuat bisa dipertaruhkan. Apalagi, di tengah ketidakpastian ini, banyak pihak yang menunggu dan siap mengambil keuntungan dari situasi yang sedang tidak menentu ini.

Sambil menunggu babak berikutnya, tidak ada salahnya kita bersiap-siap untuk melihat drama politik Golkar yang akan datang. Siapa tahu, dalam waktu dekat kita akan melihat calon-calon ketum bersaing dalam debat yang sengit---atau malah dalam kontes karaoke untuk menentukan siapa yang paling *catchy* di telinga kader Golkar? Tapi yang jelas, siapa pun yang terpilih, harus siap menghadapi tantangan besar dalam memimpin Golkar menuju Pilkada 2024. 

Dan akhirnya, kita sebagai penonton hanya bisa berharap, siapa pun yang duduk di kursi ketum berikutnya, bisa membawa Partai Golkar ke arah yang lebih baik. Karena, di akhir hari, kita semua tahu bahwa dalam politik Indonesia, yang kuat bertahan bukan hanya yang pintar bermain strategi, tapi juga yang tahu kapan harus bermain serius dan kapan harus bermain santai. Golkar, dengan segala drama dan intriknya, tampaknya selalu punya cara untuk mengejutkan kita. Jadi, mari kita saksikan babak selanjutnya, dengan harapan semoga yang terbaik yang akan menang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline