Lihat ke Halaman Asli

Heni DwiUtami

Guru Penggerak Angkatan 4 Sidoarjo dan Pengajar Praktik Angkatan 9 Kemendikbud

Diferensiasi Pembelajaran Wadahi Minat dan Bakat Anak

Diperbarui: 21 Agustus 2023   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu siswa ABK yang memiliki bakat menulis, mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas (Kompasiana/Heni Dwi Utami)

Setiap anak itu unik dan menarik. Karena setiap anak memiliki kemampuan atau keterampilan yang berbeda-beda. Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan segala daya kodrat yang ada pada diri anak, agar manusia dan kelompoknya, dapat mencapai keamanan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai guru, kami sangat memahami bahwa setiap anak itu unik dan memiliki kepribadiannya masing-masing. Peran kami sebagai guru adalah menyediakan lingkungan pendidikan yang membantu setiap anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan sifat masing-masing, dan untuk memastikan bahwa, dalam prosesnya, anak-anak ini merasa berdaya. Setiap siswa di kelas kita adalah unik dan ini harus menjadi dasar praktik pembelajaran kita di kelas dan di sekolah, serta kerangka acuan ketika kita mengevaluasi praktik pembelajaran kita.

Percaya bahwa setiap anak itu unik, sebagai guru, kita harus membuka mata kita kepada semua siswa yang berbeda di kelas kita. Jika kita berbicara tentang jenis siswa yang berbeda-beda, maka tentu saja bidangnya sangat luas. Bukan hanya dari kemampuan akademiknya saja, namun juga lebih dari itu dari latar belakang keluarganya, kondisi ekonominya, etnik keluarganya, kulturalnya, minatnya, kemampuan awalnya, gaya belajarnya, motivasinya, perkembangan emosinya, perkembangan sosialnya, perkembangan moral dan spiritualnya, perkembangan motoriknya, serta bakat atau talentanya.

Mengingat keragaman siswa kita, sebagai guru kita perlu memikirkan bagaimana kita dapat memberikan layanan pengajaran yang memberi semua siswa akses kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai pendidik, kami percaya itu adalah tanggung jawab kami untuk melayani siswa dari keragaman ini dan memberi mereka lingkungan dan pengalaman belajar terbaik.

Dalam mewadahi keragaman siswa ini, maka kita harus yakin bahwa:

  • Setiap murid kita pasti bisa sukses sesuai bidang yang diminatinya
  • Pembelajaran tidak melulu harus menulis dan berhitung
  • Adil bukan berarti semua siswa diperlakukan sama
  • Setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik
  • Siswa yang pintar bukanlah anak yang selalu diam dan tertib
  • Guru merupakan kunci keberhasilan belajar siswa (dalam mengembangkan minat dan bakatnya) di kelasnya.

Fakta bahwa siswa kami memiliki karakteristik yang berbeda, dengan karakteristik khusus, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, harus diperhitungkan dengan cermat. Jika tidak demikian, tentu akan terjadi learning gap, dimana keberhasilan yang ditunjukkan siswa tidak sesuai dengan keberhasilan yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa. Salah satu cara kita dapat menanggapi identitas siswa yang beragam ini adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berbeda.

Setiap hari, tanpa disadari, guru menghadapi situasi yang berbeda dengan cara yang berbeda, sehingga sering melakukan banyak tugas atau mengambil keputusan dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, ketika mengajar di kelas, seorang guru dapat membantu siswa yang kesulitan, tetapi pada saat yang sama harus merencanakan cara-cara agar ketika membantu siswa tersebut, pelajaran dapat berlanjut dengan cara yang mendukung. Dalam kehidupan sehari-harinya, guru harus melakukan ini sepanjang waktu, sehingga kemampuan melakukan sebagian besar pekerjaan alam adalah milik guru. Banyak dari kemampuan tersebut yang tidak dipahami oleh guru karena merupakan hal baik yang terjadi di dalam kelas dan bagaimana guru digunakan untuk mengatasi tantangan tersebut. Semua upaya tersebut sebenarnya dilakukan oleh guru dengan maksud agar setiap siswa di kelas berhasil dalam proses pembelajaran. Disitulah diperlukan keterampilan melakukan direfensiasi pembelajaran.

Menurut Tomlinson  (1999:14), Pembelajaran  Berdiferensiasi  adalah  usaha  guru  untuk  menyesuaikan  proses pembelajaran  di  kelas  untuk  memenuhi  kebutuhan  belajar  individu  murid.

Jika di dalam kelas terdapat 28 siswa bukan berarti guru harus mengajar dengan 28 cara yang berbeda untuk 28 siswa. Juga tidak berarti bahwa guru harus menambah jumlah soal untuk siswa yang bekerja lebih cepat dari yang lain. Namun pembelajaran yang berbeda bukan berarti guru harus mengatur yang pintar dan yang pintar dan yang kecil dan yang kecil. Dan itu bukan pekerjaan yang berbeda untuk setiap anak. Diferensiasi pendidikan bukanlah proses pembelajaran yang kacau balau, dimana guru akan membuat banyak rencana pengajaran dalam waktu yang bersamaan, bukan berarti guru akan menambah jumlah soal untuk siswa yang bekerja lebih cepat dari yang lain. Namun pembelajaran yang berbeda bukan berarti guru harus mengatur yang pintar dan yang pintar dan yang kecil dan yang kecil. Dan itu bukan pekerjaan yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran yang dibedakan bukanlah proses pembelajaran yang kacau balau, di mana guru akan menyajikan beberapa rencana pengajaran pada saat yang bersamaan, sementara guru akan berlari membantu siswa A, siswa B atau siswa C pada waktu yang bersamaan.

Pendidikan yang berdiferensiasi adalah proses keputusan rasional yang dibuat oleh guru berdasarkan kebutuhan siswa. Keputusan yang diambil terkait dengan:

  • Kurikulum yang mendefinisikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
  • Respon guru dalam menanggapi kebutuhan belajar murid. Guru bisa menggunakan sumber belajar yang berbeda, cara yang berbeda, serta penugasan dan penilaian yang berbeda.
  • Terwujudnya lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar dan bekerja keras agar mencapai tujuan belajar.
  • Manajemen kelas yang efektif. Terkait dengan prosedur, rutinitas, metode yang fleksibel dan adaptif.
  • Adanya penilaian yang berkelanjutan. Meliputi assessment for learning (Penilaian yang  dilakukan  selama  berlangsungnya  proses pembelajaran  dan  biasanya  digunakan  sebagai  dasar  untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar), assessment of learning (Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif.), dan assessment as learning (Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif).

Pembelajaran berdiferensiasi ini jika dilakukan dengan baik dan konsisten, dapat memaksimalkan potensi diri murid, termasuk minat dan bakatnya. Beberapa orang masih berfikir bahwa pengembangan minat dan bakat atau talenta seorang anak hanya bisa dilakukan di luar jam pembelajaran inti atau dilakukan di kegiatan ekstrakurikuler saja. Namun sesungguhnya pengembangan talenta anak/ siswa bisa dilakukan baik pada pembelajaran intra kurikuler maupun kokurikuler.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline