Bulan ramadhan merupakan satu dari dua belas bulan yang penuh rahmat bagi umat islam karena di bulan tersebut ibadah seseorang diberi ganjaran lebih banyak pahala daripada bulan-bulan yang lain. Pada saat itulah umat islam berbondong-bondong meningkatkan ibadah mereka terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, karena di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadr. Ketika bulan ini datang, perilaku dari masyarakat khususnya di Indonesia mengalami perubahan dibandingkan pada bulan-bulan biasanya mulai dari jam kerja, tingkat konsumsi, hingga mobilitas dari masing-masing individu. Hal tersebut wajar terjadi karena mengingat penduduk Indonesia sendiri yang hampir keseluruhan didominasi oleh umat islam dan merupakan negara dengan jumlah penduduk umat islam terbanyak di dunia. Dengan adanya kondisi tersebut, sudah dapat dipastikan pola aktifitas masyarakat khususnya dalam perilaku ekonomi akan mengalami perubahan.
Perilaku ekonomi masyarakat adalah salah satu bagian penting bagi suatu perusahaan dalam menerapkan strateginya. Dengan adanya kondisi ini, maka mereka dipaksa untuk melakukan perubahan strategi dan mencari strategi baru agar dapat bersaing dengan kompetitor yang lain. Namun, sebelum melakukan perubahan strategi sebuah perusahaan harus dapat menyelesaikan masalah internal yang muncul. Karyawan merupakan salah satu bagian dari masyarakat juga, dan sudah pasti mengikuti perubahan yang terjadi kecuali yang beragama non islam. Apabila karyawan yang ada merupakan non islam, maka bukanlah sebuah kendala, namun ketika karyawan yang dimiliki beragama islam, sudah sewajarnya perusahaan tersebut memberikan kebijakan yang tepat pada karyawannya agar mereka dapat memanfaatkan bulan ramadhan dengan baik, namun masih bisa produktif di perusahaan.
Kenaikan permintaan yang begitu pesat merupakan hal yang biasa terjadi ketika bulan ramadhan khususnya di Indonesia. Di Indonesia khususnya daerah jawa, ketika bulan ramadhan orang jawa melakukan sebuah ritual yang bertujuan untuk mengirim doa dan menghormati kerabatnya yang telah wafat. Ritual tersebut biasanya dilakukan dengan mengadakan syukuran dan mengundang warga sekitar. Di dalam ritual tersebut, setiap keluarga yang mengadakan pasti memerlukan banyak kebutuhan terutama dalam hal konsumsi seperti beras, buah-buahan, lauk-pauk, dan semacamnya. Kondisi semacam ini secara umum ditemukan di daerah pedesaan yang memiliki budaya jawa yang masih kuat. Dalam ilmu ekonomi, kondisi tersebut akan memberikan pengaruh pada jumlah permintaan sehingga harga keseimbangan pasar mengalami perubahan. Kenaikan harga adalah salah satu dampak yang ditimbulkan atas kondisi tersebut karena adanya kenaikan permintaan atas barang meningkat dengan cepat dalam waktu singkat dan tidak diiringi dengan kenaikan penawaran yang seimbang.
Bulan Ramadhan bisa dikatakan berbeda dari bulan-bulan yang lain, bukan hanya karena dilihat dari sisi religi saja dimana amal perbuatan akan mendapatkan ganjaran berlipat ganda, melainkan dari perilaku konsumsi masyarakat yang berubah selama bulan Ramadhan yang dapat disebut sebagai perilaku konsumerisme. konsumerisme Ramadhan sudah bukan menjadi fenomena dunia Islam saja, tapi juga sudah menjadi fenomena dunia secara keseluruhan. Banyak orang mengganti karpet, gorden, mebel, mobil, dan lain sebagainya justru pada bulan Ramadhan. Sehingga hampir seluruh sektor ekonomi mengalami peningkatan permintaan secara cepat. Kondisi seperti ini mau tidak mau harus dihadapi oleh perusahaan agar tetap dapat memberikan pelayanan kepada konsumen mereka. Jika berhasil maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi, namun jika tidak dapat menerapkan strategi yang tepat, maka perusahaan tersebut menyia nyiakan kesempatan emas tersebut dan bisa jadi kepercayaan konsumen terhadap suatu perusahaan menurun.
Perubahan kondisi secara dramatis seperti halnya bulan Ramadhan akan memberikan pengaruh besar kepada perusahaan mulai dari produk, SDM, waktu, hingga strategi dari perusahaan itu sendiri. Perilaku konsumerisasi adalah salah satu kondisi yang memberikan pengaruh besar terhadap tindakan perusahaan. Dengan adanya konsumerisasi pada bulan Ramadhan, perusahaan dipaksa untuk menyediakan barang/jasa lebih banyak dibandingkan bulan-bulan biasanya. Tanpa adanya strategi yang tepat, perusahaan akan kehilangan pelanggannya dan tidak dapat bersaing dengan lawan bisnisnya. Namun, dalam menghadapi kondisi ini perusahaan dapat melakukan persiapan jauh-jauh hari karena fenomena tersebut dapat diprediksi dan terjadi setiap tahunnya. Sehingga memudahkan perusahaan untuk menyusut strategi bisnisnya ketika menjelang bulan ramadhan seperti meningkatkan stok produk, melakukan perubahan jam operasional, hingga menyiapkan iklan yang dapat menarik minat masyarakat dengan suasana bulan suci Ramadhan.
Ada dua kondisi yang dihadapi sebuah perusahaan ketika menginjak bulan suci Ramadhan, yaitu permintaan yang meningkat dan waktu operasional berkurang. Perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya namun disisi lain juga harus menyisihkan waktu operasionalnya agar dapat memanfaatkan bulan ramadhan ini dengan meningkatkan ibadah. Dua hal yang bertolak belakang namun harus dapat berjalan beriringan demi kelancaran suatu perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dihadapkan pada pilihan yang berat dan setiap pilihan memiliki pengaruh masing-masing. Jika perusahaan tersebut benar-benar menganggap bulan Ramadhan adalah sebuah hal yang penting, maka sudah seharusnya perusahaan tersebut memberikan kesempatan khususnya kepada karyawannya untuk memanfaatkan waktu untuk meningkatkan ibadah di bulan ramadhan. Tetapi disisi lain perusahaan juga dapat memberikan tawaran kepada karyawannya untuk bekerja lebih lama dengan iming-iming bonus dan THR (Tunjangan Hari Raya). Sehingga dengan begitu perusahaan secara tidak langsung memberikan kebebasan bagi karyawannya untuk memilih cara dalam memanfaatkan bulan Ramadhan.
Banyak sekali cara pandang perusahaan terhadap salah satu fenomena yang selalu terjadi tiap tahun ini. Ada yang melihat sebagai sebuah kesempatan bisnis untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin, namun ada pula yang menganggap sebagai sebuah ancaman bagi perusahaan. Tapi yang terpenting adalah bukan cara pandang dari suatu perusahaan, melainkan bagaimana perusahaan tersebut dapat bertahan dan dapat memanfaatkan kondisi tersebut dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H