Lihat ke Halaman Asli

Hengky Jita

Penulis yang ingin memuliakan nama Allah Tritunggal.

Akan Selamatkah Manusia Sombong?

Diperbarui: 2 Desember 2022   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendahuluan

            Manusia sombong pasti masuk neraka bila tidak bertobat saat ajal menjemput. John Wesley mengatakan bahwa dengan benar-benar percaya kepada Kristus, akan memperoleh keselamatan. Lanjut Wesley, kepastian keselamatan diberikan bahwa Yesus telah menanggung dosa manusia serta menyelamatkan manusia dari hukum dosa dan kematian. Kehidupan seseorang yang sudah bertobat akan dipimpin oleh Roh dan mengalami proses pengudusan sehingga meninggalkan tindakan-tindakan pemenuhan keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16). Werner Pfendsack dan H.J. Visch mengatakan dosa sedemikian kuat dalam hidup manusia, hingga tidak mampu melepaskan diri darinya.[1] Hati yang sombong adalah dosa (Amsal 21:4) dan upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Dalam perjanjian lama dapat dilihat kejatuhan manusia dalam hal kesombongan yaitu kejatuhan Adam dan Hawa dalam kesombongan di taman Eden, kejatuhan manusia dalam pembangunan menara Babel, kekalahan Goliat akibat kesombongan terhadap Daud, dan kesombongan Simson.

  

Kesombongan Menjatuhkan Manusia Ke Dalam Dosa Pertama

           Kesombongan Adam dan Hawa yang ingin memberontak dari Allah di taman Eden telah menjatuhkan manusia dalam dosa dan telah merusak hubungan dengan Allah. Iblis menggoda dan menipu Hawa dengan mengatakan dengan memakan buah pengetahuan baik dan jahat maka manusia akan bisa sama dengan Allah serta tidak akan mati. Adam dan Hawa digoda dengan kesombongan oleh Iblis sehingga manusia berontak kepada TUHAN Allah, yang berakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Allah dan putus hubungan langsung dengan Allah yang Kudus. C.S. Lewis mengatakan "The Christians are right: it is Pride which has been the chief cause of misery in every nation and every family since the world began." Manusia ingin mempunyai kuasa seperti Allah dan ingin mempunyai otoritas sendiri bebas dari Allah, tanpa disadari tindakan ini menuju kepada pemberontakan terhadap sang Pencipta yaitu Allah Tritunggal.

          Akibat dari pemberontakan manusia dengan melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah pengetahuan baik dan jahat telah menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah dan tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah lagi. Manusia dikutuk menjalani kehidupan yang susah yaitu harus mengupayakan pengelolaan tanah yang penuh kesulitan. Jiwa manusia telah mati, perlu restorasi hubungan melalui karya penebusan dosa oleh Kristus yang rela mati di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia. Bavinck menekankan dosa pertama manusia di taman Eden yang dilakukan Adam merupakan dosa asal manusia.[2] Dosa asal ini telah merusak hubungan manusia dengan Allah. Hal ini dilakukan Iblis dengan tujuan ingin menghancurkan kehidupan manusia dan tindakan ini merupakan aktifitas peperangan rohani pertama di bumi.

  

Kesombongan Pembangunan Menara Babel

           Pada jaman Babylonia, kesombongan pembangunan menara Babel oleh manusia telah dihadang oleh Allah karena Allah berkehendak manusia berserak memenuhi bumi bukan kumpul di satu titik seperti di Babel. Tujuan manusia membangun menara ini adalah untuk meninggikan diri atau mencari popularitas semata, dan tidak memuliakan nama TUHAN Allah.  Allah membenci orang-orang yang meninggikan diri atau berlaku sombong, karena itu Allah mengacaukan bahasa manusia (Kej. 11:7).  Menara Babel tersebut tidak berhasil dibangun seperti yang mereka rencanakan, yaitu puncaknya sampai ke langit (Kej. 11:4), sebab Allah telah mengacaukan bahasa mereka ke dalam berbagai bahasa. 

          Di sepanjang zaman banyak orang sangat haus akan ketenaran dan popularitas.  Dengan kemampuan yang dimiliki manusia berusaha meraih banyak hal, dan cenderung menjadi sombong serta lupa diri saat hal itu terjadi.  Itulah awal kejatuhan manusia saat mulai menyombongkan pencapaian atau keberhasilan dirinya. Semua pencapaian manusia adalah seijin dan bersumber dari Allah semata. Firman Tuhan menegaskan,  TUHAN membenci mata yang sombong dan merupakan kekejian bagi hati-Nya (Amsal 6:16-17). Orang yang takut akan TUHAN pasti membuang sikap penyombongkan diri kepada orang sekitar.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline